is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Kafin Nibras

Kok Gen Z Aware Banget Sama Mental Health, Sih?

Bugar | 2023-12-09 18:27:59
Foto diambil oleh Najlaa Dalfaa

Sebagai generasi yang lahir di dunia dengan teknologi digital, generasi yang biasa dikenal sebagai Gen Z ini, kerap kali disebut juga sebagai digital natives. Lahir di rentang tahun 1997 hingga tahun 2012, generasi ini tumbuh dan berkembang bersama dengan teknologi. Hal ini membuat Gen Z menjadi mahir dalam menggunakan teknologi. Selain itu, kekayaan informasi yang terkandung dalam dunia digital ini membuat Gen Z sudah terpapar dengan berbagai macam isu-isu yang sedang terjadi di dunia. Salah satunya yaitu mengenai mental health, atau kesehatan mental. Menurut survey yang dilakukan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sebanyak 15,5 juta remaja di Indonesia memiliki satu masalah pada kesehatan mentalnya dalam 12 bulan terakhir, sementara 2,45 juta remaja di Indonesia memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Gangguan yang paling sering dialami oleh remaja adalah kecemasan (anxiety). Walaupun begitu, hanya 2% remaja yang pernah menggunakan layanan untuk kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir, dan dari remaja tersebut, dua pertiganya hanya pernah menggunakan layanan sebanyak satu kali.

Sedikitnya penanganan atas kesehatan mental ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu karena mayoritas orang menganggap bahwa membicarakan kesehatan mental adalah sesuatu yang tabu. Banyak orang yang memiliki masalah pada kesehatan mental atau memiliki gangguan mental dipandang dengan buruk oleh masyarakat, sehingga muncul stigma mengenai kesehatan mental. Orang-orang akan memberikan stereotip bahwa mereka yang memiliki masalah kesehatan mental atau yang memiliki gangguan mental itu berbahaya, sehingga mereka akan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Orang dapat menolak pendaftaran pekerjaan mereka hanya karena mereka memiliki masalah kesehatan mental atau terganggu mentalnya. Stigma ini juga dapat terjadi dalam diri penderita itu sendiri. Mereka akan memandang buruk penyakit mental yang mereka alami berdasarkan reaksi negatif orang-orang. Jika seseorang memiliki pemikiran seperti ini, mudah bagi mereka untuk merasa terisolasi, tidak dimengerti, atau menjadi pihak yang kalah (underdog). Padahal, kesehatan mental sangatlah penting bagi kita, karena dapat memengaruhi cara kita berpikir, merasakan sesuatu, dan bertindak. Kesehatan mental ternyata juga memiliki pengaruh atas kesehatan badan kita. Oleh karena itu, dengan diangkatnya isu ini dalam kehidupan sehari-hari dapat membawa dampak yang baik bagi kehidupan kita dan orang lain.

Peran Sosial Media dalam Menyebarkan Isu Mental Health di Pandemi Covid 19

Sosial media memberikan peran yang sangat penting bagi perubahan sosial di masyarakat, terlebih lagi bagi generasi muda seperti Gen Z. Penggunaan internet di Indonesia paling banyak dilakukan oleh remaja. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), yang menunjukkan bahwa tingkat penetrasi internet di kategori usia 13-18 tahun mencapai 99,16%, yang kemudian diikuti kategori usia 19-34 tahun dengan tingkat penetrasi sebanyak 98,64%. Dengan adanya sosial media, kebutuhan sosial yang kita miliki dapat dipenuhi dengan mudah. Kita dapat mengutarakan pendapat serta informasi yang kita miliki dengan lebih leluasa. Hanya dengan gadget yang sudah tersambung ke internet, kita dapat berinteraksi dengan orang lain dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Salah satu faktor yang menjadi penyebab meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental adalah karena akses informasi yang lebih terbuka. Dengan informasi yang terbuka, kita dapat memerangi stigma buruk yang dikaitkan dengan kesehatan mental. Berikut beberapa cara untuk memerangi stigma tersebut:

1. Berikan Pemahaman Mengenai Kesehatan Mental

Berkat keterbukaan informasi di media sosial, sekarang banyak orang yang mengangkat isu kesehatan mental, sehingga dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai masalah dan gangguan mental. Dengan memberikan penjelasan yang dapat dicerna masyarakat awam, pengetahuan mengenai kesehatan mental akan meningkat. Peningkatan pengetahuan ini akan mengeliminasi kesalahpahaman yang orang awam miliki, sehingga dapat mengurangi stigma mengenai kesehatan mental.

2. Tunjukkan Bahwa Mereka Tidak Sendiri

Banyak orang yang menderita penyakit mental merasa sendirian, karena tidak ada yang bisa mereka ajak bicara mengenai hal tersebut. Mereka juga merasakan kebingungan karena tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Sehingga kini sudah banyak figur-figur terkenal, seperti artis, atlet, politikus, dan sebagainya, yang terbuka atas kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan saat menghadapi masalah kesehatan mental mereka di berbagai platform media sosial. Dengan dilakukannya hal ini, mereka yang mengalami masalah kesehatan mental atau gangguan mental akan menjadi tidak merasa sendirian lagi.

3. Beri Dukungan Bagi Mereka

Dengan adanya dukungan dari kita, mereka akan merasa lebih semangat dan memiliki pandangan yang lebih positif terhadap dunia luar. Mereka akan merasakan bahwa mereka memiliki teman yang siap mendukung dan membantu mereka.

4. Perhatikan Bahasa yang Digunakan

Masalah kesehatan mental atau gangguan mental biasa dikaitkan dengan konotasi yang negatif. Oleh karena itu, perhatikan bahasa yang digunakan untuk menjelaskan orang, perilaku, atau hal-hal lain yang menurut kalian berbeda.

Dengan dilakukannya hal tersebut, akan dapat membantu terbentuknya kesehatan mental yang lebih baik. Dengan kesehatan mental yang baik ini akan didapatkan beberapa manfaat, seperti dapat memungkinkan kita untuk menghadapi stress dalam kehidupan, seperti kematian anggota keluarga, masalah dalam pekerjaan, atau dalam suatu hubungan dengan orang lain. Kesehatan mental yang baik juga memungkinkan kita untuk menggapai potensial maksimal yang dimiliki dalam pekerjaan. Selain itu, kita juga dapat menggunakan kemampuan dan bakat kita dengan baik, sehingga kita dapat ikut serta dalam berkontribusi demi masyarakat.

Selain hal-hal di atas, kesehatan mental yang baik juga memiliki pengaruh pada diri orang itu sendiri, yang membuat kepercayaan diri meningkat. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik akan lebih fokus untuk meningkatkan kemampuan yang mereka miliki, dan biasanya memiliki ambisi untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia. Dengan begitu, kreativitas dan kemampuan belajar juga dapat meningkat. Dengan memiliki kesehatan mental yang baik, kita juga dapat memiliki kemampuan bersosialisasi yang lebih baik dan menjalin hubungan yang positif, dengan cara menghabiskan waktu bersama, menunjukkan kasih sayang, serta memberikan dukungan bagi orang lain. Kesehatan mental yang baik juga dapat meningkatkan kesehatan tubuh serta menambah jangka hidup kita. Oleh karena itu, di saat kita mengalami stress hebat, penting bagi kita untuk memiliki strategi demi menjaga kesehatan mental kita.

Sumber:

Mallonee, J., Escalante, R., Robles, E. H., & Tucker, C. (2023). “Something very taboo”: a qualitative exploration of beliefs, barriers, and recommendations for improving mental health care and access for Hispanic adults in the Paso del Norte US-Mexico border region. Frontiers in Public Health, 11, 1134076.

Yuniarta, D. V., Alfianto, A. G., & Kusbandiyah, J. (2023). Self-Care of Mental Health Generation Z Ethnic Arek East Java. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 3(1), 1-13.

Vakhroh, D. A., & Nandiyanto, A. B. D. (2022). Education Regarding the Importance of Maintaining Mental Health and Immune In Generation Z Through Digital-Based Learning Media. Open Global Scientific Journal, 1(1), 14-20.

Artikel diakses pada hari Senin, 27 November 2023:

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya