is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ruqyah Kuningan

Hukum Memakai Azimat atau Jimat

Agama | 2021-12-27 15:36:42

Ruqyah Bekasi-Terdapat sebagian sebutan buat menyebut ilmu tentang penjagaan diri antara lain jimat/ azimah, rajah, jizib, nusyrah serta wifiq( awfaq).

Ruqyah merupakan bahasa Arab yang berarti suwuk, mantera ataupun jampi- jampi buat mengobati seorang yang terserang kendala makhluk ghaib. Tamimah ataupun jimat ialah manik- manik serta semacamnya yang dikalungkan di leher anak kecil guna menolak penyakit. Berikutnya ulama memakai kata tamimah ataupun jimat tersebut buat menyebut kertas yang didalamnya dituliskan Al- Qur’ an ataupun Asma Allah. Tiwalah merupakan semacam pelet ataupun jimat pengasihan yang biasa digunakan buat menarik simpatik lawan tipe serta ini absolut keharamannya. Nusyrah ialah jimat buat menyembuhkan seorang yang terserang kendala jin. Wifiq( Awfaq) ialah semacam rajah yang tersusun dari rumusan angka- angka.

Digolongan ulama setuju kalau bila aplikasi ataupun amalan diatas menimbulkan kesyirikan ataupun memalingkan kepada tidak hanya Allah hingga dihukumi syirik serta hukumnya haram tetapi bila tidak bawa kemusyrikan serta senantiasa meyakini kalau seluruh kekuatan serta keahlian cuma bersumber dari Allah hingga terjalin perbandingan komentar ialah sebagian berkata senantiasa terlarang serta dihukumi syirik serta sebagian lagi memperbolehkan serta tidak dihukumi selaku kemusyrikan.

Buat melindungi kehati- hatian supaya tidak terjerumus kepada kemusyrikan, Rasuluah telah membagikan peringatan dalam sabdanya:

إِنَّالرُّقَىوَالتَّمَائِمَوَالتِّوَلَةَشِرْكٌ

“ Sebetulnya ruqyah( penyembuhan dengan doa), jimat serta tiwalah( sejenis susuk energi pikat) merupakan perbuatan yang meyebabkan syirik”( HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, al- Hakim, al- Baihaqi serta Abu Ya’ la)

Hadits diatas cuma hanya warning kalau amalan diatas potensial hendak bawa kepada kemusyrikan tetapi sepanjang tidak memiliki faktor syirik hukumnya boleh sebagaimana sabda Rasulullah selanjutnya:

كُنَّانَرْقِيفِيالْجَاهِلِيَّة،فَقُلْنَا:يَارَسُوْلَاللهِ،كَيْفتَرَىفِيذَلِكَ؟فَقَالَ

اعْرِضُواعَلَىَّرُقَاكُمْلاَبَأْسَبِالرُّقَىمَالَمْيَكُنْفِيْهِشِرْكٌ

Kami melaksanakan ruqyah dikala kami di masa Jahiliyah. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, gimana komentar kamu tentang ruqyah? Rasulullah menanggapi: Bagikan ruqyah kamu padaku. Tidak apa- apa dengan ruqyah, sepanjang tidak memiliki kesyirikan.( HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Hibban serta al- Hakim dari Auf al- Asyja’ i)

Walaupun ruqyah berasal dari bahasa Arab tetapi ruqyah pula bisa menuju kepada syirik bila aplikasi ruqyah meyakini kalau yang mendatangkan kemanfaatan serta kemudharatan bukan Allah melainkan mantra ataupun bacaan- bacaan doa ataupun ayat Al- Quran tersebut. Jadi ruqyah bisa bertabiat jahiliyah maksudnya memiliki syirik serta pula bisa bertabiat islami ataupun syariyah bila tidak memiliki syirik.

Wifiq merupakan semacam jimat yang metode penulisannya dikembalikan pada kesesuaian hitungan serta dalam wujud tertentu. Wifiq ini bisa berguna buat seluruh hajat, tercantum keselamatan, keberkahan dalam usaha, pengobatan penyakit, mempermudah orang yang melahirkan serta lain- lain.

Ibnu Hajar al- Haitami dalam Fatawi Haditsiyyah- nya menanggapi: hukum memakai wifiq tersebut merupakan boleh bila digunakan buat hal- hal yang diperbolehkan syari’ at serta bila digunakan buat melaksanakan perihal haram hingga hukumnya haram. Serta dengan ini, kita bisa menanggapi komentar al- Qarafi( ulama Malikiyyah murid‘ Izzuddin bin‘ Abdissalam) yang menegaskan kalau wifiq merupakan tercantum bagian dari sihir.

Di antara ulama Islam yang pakar serta berkecimpung secara langsung dengan pembuatan wifiq merupakan Al- Ghazali. Apalagi teman Abdurrahman bin auf menulis huruf- huruf permulaan Al- Qur`an dengan tujuan mnjaga harta barang supaya nyaman, Imam sufyan angkatan laut(AL) tsauri menuliskan buat perempuan yang hendak melahirkn serta digantung didada, ibnu taimiyah angkatan laut(AL) harrani menulis QS Hud ayat 44 didahi orang yang mimisan.

Berikut khilafiyah dari para teman dalam permasalahan ini:

وَقَدْاِخْتَلَفَفِيذَلِكَأَهْلُالْعِلْمِ.قَالَالسَّيِّدُالشَّيْخُأَبُوالطَّيِّبِصِدِّيقُبْنُحَسَنٍالْقَنُوجِيُّفِيكِتَابِهِالدِّينِالْخَالِصِ:اِخْتَلَفَالْعُلَمَاءُمِنْالصَّحَابَةِوَالتَّابِعِينَفَمَنْبَعْدَهُمْفِيجَوَازِتَعْلِيقِالتَّمَائِمِالَّتِيمِنْالْقُرْآنِ،وَأَسْمَاءِاللهِتَعَالَىوَصِفَاتِهِ،فَقَالَتْطَائِفَةٌ:يَجُوزُذَلِكَ،وَهُوَقَوْلُاِبْنِعَمْرِوبْنِالْعَاصِ،وَهُوَظَاهِرُمَارُوِيَعَنْعَائِشَةَ،وَبِهِقَالَأَبُوجَعْفَرٍالْبَاقِرُوَأَحْمَدُفِيرِوَايَةٍ،وَحَمَلُواالْحَدِيثَيَعْنِيحَدِيثَاِبْنِمَسْعُودٍقَالَ:سَمِعْترَسُولَاللهِ gramيَقُولُإِنَّالرُّقَىوَالتَّمَائِمَوَالتِّوَلَةَشِرْكٌرَوَاهُأَحْمَدُوَابْنُمَاجَهْوَابْنُحِبَّانَوَالْحَاكِمُوَقَالَصَحِيحٌ،وَأَقَرَّهُالذَّهَبِيُّعَلَىالتَّمَائِمِالَّتِيفِيهَاشِرْكٌ.وَقَالَتْطَائِفَةٌ:لَايَجُوزُذَلِكَوَبِهِقَالَاِبْنُمَسْعُودٍوَابْنُعَبَّاسٍوَهُوَظَاهِرُقَوْلِحُذَيْفَةَوَعُقْبَةَبْنِعَامِرٍوَابْنِعُكَيْمٍ،وَبِهِقَالَجَمَاعَةٌمِنْالتَّابِعِينَمِنْهُمْأَصْحَابُاِبْنِمَسْعُودٍوَأَحْمَدَفِيرِوَايَةٍاِخْتَارَهَاكَثِيرٌمِنْأَصْحَابِهِ.وَجَزَمَبِهِالْمُتَأَخِّرُونَوَاحْتَجُّوابِهَذَاالْحَدِيْثِوَمَافِيمَعْنَاهُ(تحفةالأحوذي–ج 5/ص 349)

Ulama berbeda komentar dalam permasalahan jimat yang berbentuk ayat al- Quran, nama- nama Allah serta sifat- Nya, baik dari golongan teman, tabiin serta sebagainya. Sekelompok ulama mengatakan: Boleh, ialah komentar Abdullah bin Amr bin Ash, pula Aisyah, Abu Ja’ far al- Baqir serta Ahmad dalam satu riwayat. Mereka memperhitungkan kalau hadis tentang ruqyat, jimat serta energi pikat syirik, merupakan jimat yang di dalamnya terdapat faktor kesyirikan. Sekelompok ulama yang lain mengatakan: Tidak boleh, ialah komentar Ibnu Mas’ ud, Ibnu Abbas, Hudzaifah, Uqbah bin Amir, begitu pula sekelompok Tabiin dari murid- murid Ibnu Mas’ ud, Ahmad yang diseleksi oleh banyak muridnya. Begitu pula ditegaskan oleh ulama golongan akhir serta mereka berhujjah dengan hadis tadi( hadits tentang larangan memakai jimat)( Syaikh al- Mubarakfuri, Tuhfat al- Ahwadzi 5/ 349)

Berkenaan dengan anak kecil yang mengenakan kalung jimat buat memohon proteksi kepada Allah, merupakan bersumber pada riwayat berikut:

عَنْيُوْنُسَبْنِخَبَّابٍقَالَسَأَلْتُأَبَاجَعْفَرٍعَنِالتَّعْوِيْذِيُعَلَّقُعَلَىالصِّبْيَانِفَرَخَّصَفِيْهِ

Dari Yunus bin Khabbab, dia mengatakan: Aku bertanya kepada Abu Ja’ far tentang doa proteksi yang dikalungkan kepada anak kecil. Dia memperbolehkannya.( Ibnu Abi Syaibah, al- Mushannaf, 5/ 44)

Sebagian dalil pemikiran ulama madzhab menimpa ilmu gaib selaku berikut:

1. Madzhab Hanafi

Madzhab Hanafi membolehkan jimat yang digantung di leher yang berisi

ayat Al- Quran, doa ataupun dzikir. Al- Matrazi Al- Hanafi dalam kitab Al- Maghrib berkata:

قالالقتبي:وبعضهميتوهمأنالمعاذاتهيالتمائم,وليسكذلكإنماالتميمةهيالخرزة,ولابأسبالمعاذاتإذاكتبفيهاالقرآنأوأسماءاللهعزوجل

Al- Qutbi berkata kalau maadzat( penyembuhan) merupakan tamimah( jimat jahiliyah). Sementara itu bukan. Sebab tamimah itu terbuat dari manik. Maadzah tidak apa- apa asalkan yang ditulis di dalamnya merupakan Al- Quran ataupun nama- nama Allah.

2. Madzhab Maliki

Madzhab Maliki berkomentar boleh. Abdul Bar dalam At- Tamhid XVI/ 171 melaporkan:

وقدقالمالكرحمهالله:لابأسبتعليقالكتبالتيفيهاأسماءاللهعزوجلعلىأعناقالمرضىعلىوجهالتبركبهاإذالميردمعلقهابتعليقهامدافعةالعين,وهذامعناهقبلأنينزلبهشيءمنالعينولونزلبهشيءمنالعينجازالرقيعندمالكوتعليقالكتب)

Malik mengatakan: Boleh menggantungkan kitab yang memiliki nama- nama Allah pada leher orang yang sakit buat tabarruk( menemukan berkah) asal menggantungkannya tidak dimaksudkan buat mencegah

bala/ penyakit. Ini saat sebelum turunnya bala/ penyakit. Apabila terjalin bala, hingga boleh melaksanakan ruqyah serta menggantungkan tulisan di leher.

3. Madzhab Syafii

Madzhab Syafii berkomentar boleh. Imam Nawawi dalam kitab Al- Majmu Syarhul Muhadzab IX/ 77 melaporkan:

روىالبيهقيبإسنادصحيحعنسعيدبنالمسيبأنهكانيأمربتعليقالقرآن,وقال:لابأسبه,قالالبيهقي:هذاكلهراجعإلىماقلنا:إنهإنرقىبمالايعرف,أوعلىماكانتعليهالجاهليةمنإضافةالعافيةإلىالرقىلميجزوإن

رقىبكتاباللهآوبمايعرفمنذكراللهتعالىمتبركابهوهويرىنزولالشفاءمناللهتعالىلابأسبهواللهتعالىأعلم

Baihaqi meriwayatkan hadits dengan sanad yang sahih dari Said bin Musayyab kalau Said memerintahkan buat menggantungkan ayat Al- Quran serta berkata tidak apa- apa. Baihaqi mengatakan: Ini seluruh kembali pada apa

yang kita katakan: Bahwasanya apabila ruqyah( penyembuhan) dicoba dengan suatu yang tidak dikenal ataupun dengan metode jahiliyah hingga tidak boleh. Apabila ruqyah dicoba dengan mengenakan Al- Quran ataupun dengan suatu yang diketahui semacam dzikir pada Allah dengan mengharap berkahnya dzikir serta berkeyakinan kalau pengobatan berasal dari Allah hingga tidak apa- apa.

4. Madzhab Hanbali

Madzhab Hanbali( madzhab fiqh- nya golongan Wahabi) berkomentar boleh. Al- Mardawi dalam kitab Tash- hihul Furu II/ 173 melaporkan:

قالفيآدابالرعاية:ويكرهتعليقالتمائمونحوها,ويباحتعليققلادةفيهاقرآنأوذكرغيره,نصعليه,وكذاالتعاويذ,ويجوزأنيكتبالقرآنأوذكرغيرهبالعربية,ويعلقعلىمريض,(وحامل),وفيإناءثميسقيانمنه

ويرقىمنذلكوغيرهبماوردمنقرآنوذكرودعاء

Dalam kitab Adabur Riayah dikatakan: Hukumnya makruh menggantungkan tamimah serta semacamnya. Serta boleh menggantungkan/ mengenakan kalung yang berisi ayat Quran, dzikir, dll. Begitu pula penyembuhan. Pula boleh menulis ayat Al- Quran serta dzikir dengan bahasa Arab serta digantungkan di leher yang sakit ataupun perempuan berbadan dua. Serta( boleh dengan) diletakkan diwadah berisi air setelah itu airnya diminum serta terbuat penyembuhan( ruqyah) dengan suatu yang berasal dari Quran, dzikir ataupun doa.

Dengan demikian, jimat serta semacamnya diperbolehkan dengan ketentuan:

Berisi ayat- ayat Allah ataupun Asma Allah ataupun suatu yang memiliki doa berbahasa Arab.

Tidak berisi masalah yang tidak bisa dipahami artinya.

Senantiasa meyakini kalau jimat- jimat/ Ruqyah/ Tamimah/ Nusyrah tersebut cumalah media Tabarruk dengan ayat- ayat Allah ataupun Asma Allah, lagi pemberi kesembuhan serta ataupun penolak bahaya cumalah Allah tiada sekutu bagi- Nya.

Supaya tidak serampangan dalam menghukumi suatu ataupun menuduh melaksanakan kemusyrikan, Rasulullah telah membagikan peringatan supaya berjaga- jaga dalam merumuskan hukum:

عَنْعَبْدِاللَّهِبْنِعَمْرِوبْنِالْعَاصِقَالَسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُإِنَّاللَّهَلَايَقْبِضُالْعِلْمَانْتِزَاعًايَنْتَزِعُهُمِنْالْعِبَادِوَلَكِنْيَقْبِضُالْعِلْمَبِقَبْضِالْعُلَمَاءِحَتَّىإِذَالَمْيُبْقِعَالِمًااتَّخَذَالنَّاسُرُءُوسًاجُهَّالًافَسُئِلُوافَأَفْتَوْابِغَيْرِعِلْمٍ

فَضَلُّواوَأَضَلُّوا

Dari Abdillah Ibn Amr Ibn‘ Ash, dia mengatakan: Saya mendengar Rasulullah bersabda:“ Sebetulnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabut dari( dada) para hamba- Nya, hendak namun Allah hendak mengambil ilmu dengan metode mewafatkan para Ulama sampai tidak tersisa seseorang alimpun.( kala itu) manusia hendak mengangkut orang- orang bodoh selaku pemimpin( panutan), kala mereka ditanya hingga mereka hendak berfatwa tanpa ilmu, hingga( dampaknya) mereka tersesat serta menyesatkan”.( HR. Al- Bukhari)

Referensi : Ruqyah Tempat Usaha

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya