is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Winny Alaisa Annadzifah

STUDI PEMIKIRAN ISLAM

Agama | 2021-12-24 07:01:57

STUDI PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Hakikat pendidikan tidak hanya usaha membangun dan mewariskan nilai yang akan jadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupannya, tetapi juga untuk memperbaiki nasib dan peradabannya. Tanpa pendidikan , manusia sekarang tidak akan ada bedanya dengan manusia lampau pada zaman dahulu yang sangat tertinggal, baik kualitas kehidupannya maupun proses perancangan masa depan. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan dapat dikatakan bahwa mau mundur atau baik buruknya peradaban suatu bangsa akan ditentukan bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakatnya. Pendidikan sendiri memiliki misi, upaya untuk memenuhi berbagai tuntunan kualitas generasi bangsa, yakni tuntunan sosial dan tuntunan perkembangan anak. Namun tujuan utama yang hendak dicapai adalah mensterilkan noktah-noktah yang melekat pada bangunan pendidikan islam, memperbaiki kekurangan yang ada, dan menambahkan sesuatu yang baru sehingga nantinya layak untuk dipakai, tidak lagi dalam bentuk usang mengenai pemikiran pendidikan islam, tujuan dan juga prinsipnya.’

Dalam konteks ini, pemikiran bisa diartikan sebagai upaya mencerdaskan proses kerja akal untuk melihat kejadian ataupun fenomena dan berusahan mencari penyelesaian secara bijaksana.adapun pendapat lain bahwa konteks pendidikan islam ini merupakan aktivitas pikiran yang teratur dengan mempergunakan metode filsafat, yang digunakan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem yang integral. Hal ini setidaknya bisa mengingatkan kita terhadap khazanah intelektual yang pernah dimiliki oleh umat islam dimasa lalu. Selanjutnya, pengembangan pemikiran pendidikan islam yang ada sekarang ini tidak harus tercabut dari akar historisnya guna mencapai tujuan dana kegunaan mempelajari studi pemikiran pendidikan islam. (1) Membangunkan kebiasaan berpikir ilmiah yang dinamis dan kritis terhadap soal seputar pendidik islam, (2) Memberikan dasar berpikir inklusif terhadap ajaran islam dan akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang intelektual diluar islam, (3) Menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana ditunjukkan oleh Rasulullah dan para kaum inteltual Muslim pada abad pertama sampai pertengahan terutama dalam merekontruksi sistem pendidikan Islam yang lebih baik, (4) Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan sistem pendidikan.

Menurut Nizar, prinsip yang dapat digunakan yaitu pemikiran pendidikan islam yang meliputi prinsip ontologis, epistomologis, dan aksiologis.

Prinsip ontologis, prinsip ini memperbincangkan pokok pikiran tentang apa yang ada dan apa yang tidak ada. Ontologi sendiri bisa mendekati masalah tentang hakikat melalui pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif, kenyataan itu tunggal dan jamak; dan pendekatan kualitatif, mempertanyakan jenis kenyataan itu. Dalam melakukan pendekatan ontologi, sangat memerlukan adanya pemilahan riil dan tidak riil, atau kenyataan dan kenampakan.

Prinsip epistomologis, suatu studi pengetahuan tentang bagaiman proses manusia mengetahui adanya benda-benda serta menitikberatkan pada timbulnya berbagai pengertian atau konsep, waktu, ruang, kualitas, kesadaran, dan keabsahan pengetahuan. Paling tidak, ada tiga bentuk pendekatan epistomologi. Pertama, epistomologi realisme, yaitu keberadaan kualitas atau objek pengeta huan yang diserap oleh indra, memiliki ketergantungan pada kesadaran yang utuh sehingga manusia dapat menemukan kebenaran yang hakiki. Kedua, epistemologi realisme, yaitu kenyataan yang sesungguhnya ada secara mandiri dan tidak tergantung pada pikiran, bahkan manusia tidak dapat mengubah saat proses itu berlangsung. Ketiga, epistomologi dualisme, yaitu dalam proses mengetahui terdapat dua hal yang terpisah, yakni keteraturan yang terdapat dalam alam semesta dan hasil serapan indra yang terdapat dalam kesadaran.

Prinsip Aksiologis, studi yang berkaitan dengan nilai, baik nilai etika (moral) maupun nilai estetika. Pembicaraannya yang berkisar tentang nilai kebenaran hakiki yang menjadi tujuan hidup manusia.

Dalam kaitannya dengan pemikiran pendidikan islam, segala sesuatu yang menjadi objek kajian pemikiran tidak selamanya bersifat realistis, tetapi ada kalanya yang bersifat fenomena dan abstrak, memberi makna tentang bagaimana proses internalisasi yang efektif dalam mencapai tujuan pendidkan yang diinginkan sebagai sebuah kebenaran, dan proses ini dilakukan harus mengandung makna yang tinggi, sesuai dengan posisi, fungsi dan kemampuan. Pendekatan tersebut juga memberikan makna bahwa objek kajian pemikiran dilakukan harus memiliki nilai dan tidak merusak nilai yang ada baik moral maupun agama. Pendekatan ini sesungguhnya merupakan alat kontrol yang efektif dalam melihat kebermaknaan dan ketidak bermaknaan, ataupun ideal dan tidak idealnya pendidikan isalm yang ditawarkan bagi umat manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya