is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Pegang Kuat Imanmu Seteguh Bilal

Agama | 2024-04-23 13:22:24

Oleh: Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Nak, kamu tahu kisah Bilal bin Rabah? Ia seorang budak milik Umayah bin Khalaf yang kemudian dibebaskan oleh Sayidina Abu Bakar Shiddiq. Bilal termasuk sahabat yang mula-mula masuk Islam. Ketika keislamannya diketahui oleh tuannya, Umayah bin Khalaf, episode penyiksaan Bilal pun dimulai.

Umayah memaksa Bilal untuk meninggalkan Islam dan kembali kepada kepercayaan nenek moyang menyembah berhala. Bilal tidak sudi. Ia teguh dalam keislamannya meski nyawa taruhannya. Umayah berang. Ia melecuti punggung Bilal dengan cambuk hingga berdarah-darah. Ia menyuruh algojo memukuli Bilal. Sekujur tubuh Bilal terasa remuk redam. Namun, Bilal tetap kokoh dalam berislam.

“Ahad, ahad, ahad. Allah Maha Esa. Tiada sekutu bagi-Nya,” demikian lantunan zikir yang keluar dari mulut Bilal.

Puncaknya, saat musim panas membakar, tanpa dibalut pakaian, hanya mengenakan celana selutut, Bilal dijemur dalam terik matahari dan dadanya ditindih batu besar. Tiada seteguk air pun yang membasahi kerongkongannya. Umayah mengira Bilal akan luluh dan lemah. Ia berharap Bilal tak kuasa lagi menanggung siksaan kali ini. Namun, Umayah salah besar. Diluar dugaannya, Bilal tetap teguh dalam berislam.

Inilah kekuatan iman. Iman Bilal sudah terhunjam kuat ke dasar hati sanubari. Ia mencahayai segenap raga. Maka, teramat sulit untuk digoyang apalagi ditumbangkan. Raga boleh tersiksa, namun jiwa merdeka. Karena, Bilal hanya menghamba kepada Allah, Tuhan semesta.

Hingga akhirnya, Sayidina Abu Bakar mengetahui perihal penyiksaan Bilal. Lalu, Sayidina Abu Bakar memerdekaan Bilal dengan terhormat. Bilal pun hidup bersama para sahabat lain. Setia mendampingi perjuangan dakwah Rasulullah dalam suka dan duka.

***

Anakku, milikilah iman seteguh Bilal. Kelak saat kau dewasa akan banyak tantangan yang belum pernah kau hadapi sebelumnya. Tantangan yang mungkin sangat mempertaruhkan imanmu. Bisa saja tantangan yang kau hadapi bukan seperti Bilal yang mengalami penyiksaan, melainkan dalam bentuk berbeda. Namun, sama kritisnya dan mengguncang benteng keimananmu.

Sebagai contoh, saat telah menduduki sebuah jabatan strategis, lalu kau diminta membuat kebijakan yang merugikan lembaga, perusahaan, atau bahkan rakyat. Dan, pada saat itu kau diiming-imingi dengan kemewahan materi. Maka, di sinilah imanmu dipertaruhkan. Letaknya hanya pada tanda tangan penamu.

Karena itu, anakku, jika kau menghadapi situasi semacam itu, ingatlah kisah Bilal yang pernah Ayah ceritakan. Resapi keteguhannya menjaga imannya meski nyawa taruhannya. Maka, kau pun harus bersikap demikian. Jaga imanmu meski jabatanmu taruhannya. Jabatan itu sementara, nak. Tidak selamanya. Namun, menggadaikan iman, siksanya tiada terkira dan sepanjang zaman.

Maka, teguhlah dalam berislam dan beriman, nak. Betapapun hebatnya tantangan dan ujian yang kau hadapi dalam kehidupan. Ingatlah, jaminan Allah yang indah ini,

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.’ Kami-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat [41]: 30 – 31).

Bagi orang-orang yang teguh dan istiqamah dalam keimanannnya, maka Allah-lah yang menjadi pelindung dan penolongnya di kehidupan dunia dan akhirat. Maka, istiqamahlah, nak, seteguh Bilal memegang keimanannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya