is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Winda Kurniawati

Mudik Lagi, Macet Lagi?

Gaya Hidup | 2024-04-15 21:18:39

Lagi dan lagi Seperti halnya mudik yang menjadi tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia manakala lebaran tiba. Kemacetan lalulintas pun seolah menjadi berita pengiring suasana mudik. Pada Sabtu, 6 mei 2024 di Tol Tangerang-Merak mulai terjadi kepadatan kendaraan. Hal ini menyebabkan para pemudik mengeluh. Wajar saja, di tengah panas terik matahari dan gumulan asap kendaraan.

Rata-rata pemudik membawa serta keluarga, ada orang tua, anak-anak bahkan bayi maupun anggota keluarga yang kurang sehat. Terjebak macet? Rasanya ingin balik pulang saja, batal mudik. Tapi itu tidak mungkin. Pilihan satu-satunya bertahan dan bersabar sampai kemacetan perlahan terurai. Belum lagi angka kecelakaan yang meningkat manakala jalanan dipadati kendaraan para pemudik.

Untuk menjamin keselamatan masyarakat, hal ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Kebanyakan pemudik adalah para pendatang di sebuah kota besar. Mereka pindah ke kota untuk mencari pekerjaan, atau bersekolah di tempat yang baik. Masalahnya dengan sistem kapitalisme saat ini adalah tidak meratanya pembangungan di desa dan di kota.

Di kota lebih menjanjikan pekerjaan dan hampir semua fasilitas baik pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya ada di kota. Disamping dengan meningkatnya jumlah sarana transportasi, seharusnya pemerintah juga memikirkan bagaimana agar tidak berjubel di depan gerbang tol. Dalam sis istem kapitalis saat ini mendukung pelepasan tanggung jawab pemerintah atas pemerataan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat.

Ditambah dengan kenyataan yang menyedihkan akhir-akhir ini adalah bahwa telah dilakukan perbaikan besar-besaran untuk mencegah bahaya bagi masyarakat yang menggunakan sarana transportasi dasar, seperti kerusakan jalan umum dan fasilitas pendidikan. Namun, masih banyak kendaraan umum yang tidak layak pakai, yang menunjukkan bahwa sarana transportasi pemerintah yang kurang memadai masih menyebabkan banyak kecelakaan.

Dibutuhkan perubahan sistemik untuk segera menyelesaikan masalah keselamatan transportasi dan memastikan semua orang merasakan keselamatan saat melakukan perjalanan. Ini akan terjadi selama sistem kapitalisme neoliberal diterapkan di negara ini. Satu-satunya sistem yang memungkinkan hal ini adalah sistem negara Islam yang menerapkan hukum Islam. Dalam sistem ini, negara atau pemerintah bertanggung jawab atas keamanan.

Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga dan menangani masalah rakyat. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa transportasi dan fasilitas dengan kualitas terbaik, tersedia bagi masyarakat lokal. Pemerintah harus melakukan ini dengan kapasitas negara, masyarakat, dan wali.

Dengan prinsip ini, negara akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan teknologi terkini dan standar keselamatan yang tinggi untuk menjamin kesesuaian dan kualitas berbagai jenis transportasi. Pemerintah harus membangun industri strategis dan melakukan penelitian untuk mendukung keselamatan jalan raya. Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi perjalanan Anda dan mencegah kemacetan lebih mudah.

Untuk mencapai itu semua, negara harus mengelola kekayaannya dengan baik atau sesuai dengan syariat Islam, dan ia harus memiliki kekuatan keuangan yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Untuk semua ini, anggaran harus digunakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya