is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bryan Nathaniel

Belajar Berjuang Seperti Gajah Mada

Sejarah | 2024-03-17 17:37:25

Gajah Mada lahir sebagai rakyat biasa pada awal abad ke - 14 di daerah aliran Sungai Brantas yang menuju selatan dataran Malang dan di kaki Pegunungan Kawi-Arjuna. Ayahnya yaitu Gajah Pagon, mengiringi Raden Wijaya saat perang antara Raden Wijaya dengan pengikut Jayakatwang dari Kediri. Gajah Pagon merupakan anak dari salah satu selir Kertanagara sebab nama Gajah Pagon terdapat dalam Kitab Pararaton.

Pada waktu itu, Raden Wijaya sangat mengkhawatirkan Gajah Pagon yang terluka dan menitipkannya di Desa Pandakan kepada Kepala Desanya. Gajah Pagon sembuh dari lukanya itu dan menikah dengan putri Kepala Desa Pandakan dan memperanakkan Gajah Mada.

Gajah Mada berasal dari keturunan yang sama dengan Tribhuwana Tunggadewi. Tetapi, Gajah Mada berasal dari istri selir Kertanagara, sedangkan Tribhuwana Tunggadewi berasal dari istri resmi Kertanagara. Maka dari itu, tidak aneh bahwa Gajah Mada sangat menghormati Kertanagara.

Gajah Mada memulai perjalanannya di Majapahit sebagai seorang bhayangkara pada masa pemerintahan Kala Gemet. Ia sangat berhasil dalam pekerjaannya itu karena berhasil menyelamatkan Kala Gemet pada saat pemberontakan Ra Kuti dan membawanya lari ke Desa Badander. Karena itu, Gajah Mada diangkat oleh Kala Gemet menjadi patih Kahuripan pada 1319–1321.

Dua tahun kemudian, Ia diangkat menjadi patih Daha untuk menggantikan Arya Tilam yang mengundurkan diri. Setelah Jayanegara mangkat pada tahun 1329, Mpu Kewes yang merupakan Patih Majapahit pada saat itu ingin pensiun karena beliau sudah tua dan sakit - sakitan. Mpu Kewes menunjuk Gajah Mada yang pada saat itu merupakan Patih Daha, tetapi Gajah Mada tidak langsung menyetujui untuk menjadi patih Majapahit.

Ia ingin berjasa terlebih dahulu terhadap Majapahit dan beliau melakukannya dengan cara menyelesaikan pemberontakan Keta dan Sadeng. Setelah pemberontakan Keta dan Sadeng diselesaikannya pada tahun 1334, beliau diangkat menjadi Mahapatih Amangkubumi menggantikan Mpu Kewes. Pada saat ia diangkat menjadi Mahapatih, ia menyatakan sebuah sumpah yang sangat terkenal yaitu Sumpah Palapa.

Isi sumpah tersebut terdapat pada teks Jawa Tengah Pararaton yang berbunyi “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa“. Atau dalam Bahasa Indonesia yaitu “Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, aku melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku melepaskan puasa“.

Pada saat beliau menyatakan sumpah tersebut, banyak orang menertawakan Gajah Mada akan sumpahnya itu. Ia hampir berhasil memenuhi sumpahnya itu tetapi ia tidak dapat menguasai Sunda karena terlalu sombong dan gegabah. Akibat kecerobohannya itu, hubungan antara beliau dengan Hayam Wuruk yang merupakan Raja dari Kerajaan Majapahit pada saat itu mulai renggang dan Gajah Mada pun meninggal akibat penyakit pada tahun 1364. Setelah kematian Gajah Mada, kebesaran dan kejayaan Kerajaan Majapahit pun mulai surut.

Gajah Mada merupakan seorang Mahapatih dan Kepala Pasukan yang sangat berhasil dalam pekerjaannya, ia pun hampir menyatukan seluruh nusantara dan merupakan alasan untuk kejayaan Kerajaan Majapahit. Gajah Mada merupakan seorang yang ambisius dan pantang menyerah dalam pekerjaan dan impiannya. Marilah kita belajar untuk pantang menyerah dan mempunyai impian setinggi langit seperti Gajah Mada!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya