is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Pujiono

Potret Penguasa Kini dan Masa Lalu

Sejarah | 2024-03-02 09:20:31
https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?phrase=virtous%20leader&numberofpeople=none

Dalam kekuasaan, kebebasan berbuat menjadi lebih longgar. Banyak kepentingan pribadi memungkinkan bisa berjalan mulus lantaran kemudahan di dalamnya. Ditambah lagi ketaatan ( baca: ketakutan) bawahan menjadi amunisi tersendiri dalam melancarkan program yang diinginkan.

Jika agenda itu baik dan berorientasi kepada keadilan, tentu akan mendorong percepatan kemakmuran bagi rakyat yang dipimpinnya. namun, jika ada niat jahat dalam kepemimpinannya, maka penyebaran dampak buruk dari kebijakannya akan cepat menyebar. Kemiskinan menjamur, kefakiran bertambah seiring bertambahnya hari.

Kejahatan penguasa seharusnya tidak terjadi. Sayangnya tekad bulat untuk berbuat baik dalam kekuasaan seringnya terjebak dalam pragmatis kebutuhan. Idealisme luntur karena keadaan.

Sebuah negeri yang bermasalah, seringnya penguasa membangun kepentingan pribadinya melalui fasilitas dalam kekuasaanya. Korupsi adalah salah satu gejala rusaknya sebuah kekuasaan. Dia tumbuh menjadi budaya dalam organisasi kekuasaanya.

Korupsi adalah penyakit dalam organisasi.menurut KBBI korupsi dijelaskan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Sementara menurut World Bank korupsi dijelaskan korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi.

Melihat fenomena maraknya korupsi dan kejahatan terselubung dalam sebuah kekuasaan, tentu menjadi masalah tersendiri bagi kehidupan berbangsa ini. Adalah penting bagi kita untuk melihat kebelakang, bagaimana praktek orang shaleh terdahulu dalam menata sebuah kekuasaan. dari sana ada oase di tengah sahara yang bisa menghilangkan dahaga dalam menjalankan amanah umat yang mulai gersang dan mengering ini.

Khazanah kepemimpinan Islam tidak pernah absen dari seorang tokoh terkenal; Umar bin Abdul Aziz. Kisah kepribadian yang hebat melekat pada cara menjalankan amanah kepemimpinannya. Keadilan dan kemakmuran kala itu adalah torehan sejarah yang tidak bisa diingkari.

Umar bin Abdul Aziz bahkan disebut-sebut sebagai khulafaur rasyidin. Mengingat betapa dekat sekali dengan aplikasi nubuwah – kenabian- pada masanya. Semua lini dari ajaran agama, utuh diterapkan. Karenanya terjadi kontras antara masa kekuasaan beliau dengan masa sebelum dan sesudahnya.

Diantara perangai istimewa Umar bin Abdul Aziz dalam memimpin adalah rasa takut kepada Allah. Rasa takut itu menancap dalam hatinya, sehingga perkara munkar yang selalunya dilibas. Bukan karena materi yang diinginkan, tetapi ketakutan jika di masa kekuasaannya itu ada pelanggaran, nanti apa yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Pada suatu ketika dia mengirim surat kepada Yazid bin Mahlab. Isinya, “ Seandainya kesenanganku terdapat pada pernikahan dan harta, sesungguhnya apa yang telah Allah berikan kepadaku lebih banyak daripada yang Allah berikan kepada orang lain. Akan tetapi, yang aku takutkan dari cobaan ini , hisab yang berat dan pertanggungjawaban yang besar. Kecuali jika Allah melimpahkan ampunan dan rahmatnya.”

Sampai Makhul berkata,” Bila aku bersumpah , pasti aku berkata jujur. Tidak pernah aku melihat orang yang paling zuhud dan paling takut kepada Allah Dari Umar bin Abdul Aziz.”

Orientasi akhirat yang sangat tinggi, maka saat menapaki kehidupan dunia nampak menjalaninya dengan cara yang langka. Pernah suatu ketika Umar bercerita,

Sungguh kalian telah menunjukan sesuatu yang seandainya ditunjukkan kepada binatang, bintang pasti jatuh, seandainya ditunjukkan kepada gunung, gunung pasti runtuh, dan seandainya ditunjukkan kepada bumi, bumi pasti te\rbelah. Tidakkah kalian tahu bahwa tidak ada tempat selain surga dan neraka, dan kalian pasti menuju salah satunya.

Rasa takut akan pertanggung jawaban esok hari setelah kematian, menjadikannya betul-betul berhati -hati dalam menjalani kehidupan ini. Dalam kisahnya, selalu ada peristiwa -peristiwa mengagumkan sebagai perlambang tingginya keimanan dan taatnya kepada Sang Pencipta.

Hari ini, untuk mencari sosok yang menjadi teladan layaknya Umar bin Abdul Aziz adalah sulit, bisa dibilang mendekati tidak ada. Sesuatu yang aneh untuk kehidupan yang betul-betul diwarnai ketakutan yang benar.

Kondisi harian kita sering disajikan perkara norak yang menjadi representasi miskin moral dan tidak kenal tuhan. Perbuatan jalang mudah didapat dalam berbagai suguhan, riel di hadapan atau via media yang mudah diakses.

Apakah ini sesuatu yang dimaklumi dan dibiarkan?

Tentunya tidak. Dan diamnya dalam kemungkaran kata nabi adalah setan bisu. Maka perasaan yang penuh keresahan ini hendaknya dihidupkan. Resah saat melihat kebejatan menjadi tontonan. rasa resah karena perbuatan amoral menjadi pilihan.

Dengan melihat penggalan kisah Umar bin Abdul Aziz, kita tahu bahwa untuk menciptakan tatanan kehidupan yang elok, satu hal yang dikuatkan adalah kesadaran diri untuk mengenali dia. Kemudian mengenali siapa Tuhannya. Apa perintahnya, kemudian hukuman yang akan didapat oleh pelaku maksiat dan pahala apa yang akan didapat oleh orang yang taat.

https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?phrase=virtous%20leader&numberofpeople=none

dari sini, sepenggal kisah Umar bin Abdul Aziz mengingatkan kita saat berkuasa, nanti ada pertanggunjawaban di kemudian hari. Maka saat berkuasa pupuklah rasa takut akan kesalahan dalam mengelola. karena kekuasaan saat ini akan ditanyakan esok hari.

Rasa takut yang benar akan muncul. Takut kepada sang Pencipta yang Maha Tahu. Sehingga orang yang terpenuhi oleh rasa takut yang benar, dia akan merefleksikan dalam kehidupan. Jalannya benar, damai, taat dan bermoral tinggi. Karenanya, penting untuk menggalakan dan menggaungkan rasa takut, baik dikala sendiri maupun kesendirian. Sehingga urusan amanah kekuasaan selalu terhubung dengan Allah ta’ala. Kekuasaan yang digenggamnya selalu dijalankan dengan benar karena Allah melihat dan akan menanyainya di kemudian hari. Semoga Allah menolong kita Amin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya