is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Keterampilan Strategis untuk Membesarkan Anak yang Tangguh

Parenting | 2024-05-01 09:30:08
Sumber gambar: Medium

Jelajahi cara menyeimbangkan ketahanan dengan kecerdasan emosional.

Poin-Poin Penting

· Tekanan pendidikan untuk memprioritaskan kinerja akademik dapat melemahkan pengembangan ketahanan.

· Media sosial dapat mendistorsi persepsi anak-anak tentang kesuksesan dan kegagalan.

· Literasi emosional dan rasa syukur sangat penting untuk membantu anak-anak mengembangkan ketahanan dan pemikiran strategis.

Meskipun ketahanan sering kali digembar-gemborkan sebagai keterampilan utama bagi anak-anak modern, fokusnya dapat secara tidak sengaja menempatkan beban untuk mengatasi kesulitan hanya di pundak anak-anak. Penekanan yang kita tanamkan mungkin mengabaikan permasalahan sistemik yang lebih luas dan kesenjangan sosial yang juga perlu diatasi. Saya percaya bahwa penekanan yang berlebihan pada ketahanan terkadang dapat menutupi kebutuhan kesehatan emosional dan mental anak-anak dan orang dewasa, sehingga berpotensi salah mengartikan ketahanan sebagai obat untuk mengatasi tantangan psikologis yang lebih dalam di masyarakat modern, individualistis, barat, dan kompetitif.

Tantangan Perlindungan Berlebihan dan Saturasi Digital

Pola pengasuhan yang terlalu protektif dan naluri orang tua terkadang dapat menghalangi anak untuk terlibat dalam pengalaman yang dapat mengembangkan ketahanan autentik. Hal ini dapat membuat mereka kurang siap menghadapi tantangan hidup, sehingga berpotensi memperburuk perasaan cemas dan tidak mampu. Selain itu, lanskap digital semakin memperumit masa kanak-kanak, dengan media sosial yang sering kali mendistorsi persepsi anak-anak (dan orang dewasa) tentang kesuksesan dan kegagalan, sehingga meningkatkan ketakutan mereka untuk melakukan kesalahan.

Tekanan pendidikan saat ini untuk memprioritaskan kinerja akademik dibandingkan proses perkembangan seperti pemikiran kritis dan pemecahan masalah dapat melemahkan kemampuan kita untuk mengembangkan ketahanan. Kurangnya pendanaan untuk banyak layanan kesehatan dan berkurangnya penekanan pada permainan dan pendidikan jasmani di sekolah membatasi peluang anak-anak untuk menghadapi dan mengatasi tantangan tidak terstruktur, yang sangat penting untuk mengembangkan ketahanan.

Pendekatan Strategis untuk Perkembangan Anak

Daripada hanya berfokus pada konsep ketahanan, pendekatan yang lebih sistemik, melibatkan pengembangan pemikiran strategis yang mencakup kemampuan beradaptasi dan pemikiran kritis serta lateral. Dengan mendorong pengambilan risiko sesuai usia, memberikan teladan ketahanan, dan mengajarkan literasi emosional, orang tua dan pendidik dapat lebih mempersiapkan anak-anak menghadapi beragam tantangan hidup yang akan mereka hadapi sepanjang siklus perkembangan.

Praktik seperti menumbuhkan rasa syukur, dan tingkat kerendahan hati yang lebih tinggi, akan meningkatkan kemampuan anak-anak untuk menghadapi rintangan hidup secara efektif. Di dunia yang seringkali tidak dapat diprediksi saat ini, membekali anak-anak kita dengan keterampilan hidup yang strategis menjadi lebih penting dari sebelumnya. Keterampilan ini tidak hanya mempersiapkan mereka untuk menghadapi berbagai tantangan hidup tetapi juga meningkatkan kesejahteraan emosional serta kecerdasan sosial, yang merupakan faktor kunci kesuksesan pribadi dan profesional dari waktu ke waktu.

Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Sosial

Kecerdasan emosional merupakan landasan perkembangan yang sehat, memengaruhi kemampuan anak untuk terlibat dalam konteks sosial yang kompleks dan membentuk hubungan pribadi yang bermakna. Dengan mengajari anak-anak kita untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengartikulasikan emosi mereka, kita memberdayakan mereka untuk mengelola perasaan mereka secara lebih efektif dan menanggapi orang lain dengan empati dan mencegah kesulitan menjadi masalah. Kecerdasan emosional mencakup serangkaian keterampilan termasuk kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, semuanya penting untuk manajemen diri pribadi.

Mendorong anak-anak untuk terlibat dalam permainan autotelik atau tidak terstruktur adalah aspek penting lainnya dalam membina kecerdasan emosional dan sosial. Selama bermain bebas, anak-anak dapat mengeksplorasi kreativitas mereka, menguji batasan, dan mengasimilasi pengalaman sehari-hari secara efektif dan alami. Ginsburg berpendapat bahwa bermain bukan sekadar aktivitas waktu luang; ini berfungsi sebagai arena penting bagi anak-anak untuk belajar memecahkan masalah, mengalami proses emosional, dan mengembangkan ketahanan. Melalui interaksi saat bermain, anak belajar bekerja sama, menyelesaikan konflik, dan memimpin. Interaksi ini sangat berharga karena menjadi landasan untuk memahami dinamika sosial dan membina hubungan.

Mengelola Harapan dan Pembingkaian Ulang

Harapan kita sebagai orang dewasa terhadap anak-anak dapat berdampak besar pada perkembangan mereka. Dikenal sebagai 'self-fulfilling prophecy', fenomena yang dijelaskan oleh Jussim menunjukkan bahwa ekspektasi positif dapat meningkatkan kinerja anak, sedangkan ekspektasi negatif dapat menyebabkan penurunan kemampuan. Misalnya, "Pygmalion in the Classroom" adalah studi inovatif yang dilakukan oleh Rosenthal dan Jacobson pada tahun 1960-an, yang menunjukkan fenomena self-fulfilling prophecies dalam lingkungan pendidikan. Dalam studi tersebut, para guru diberitahu bahwa siswa tertentu adalah "orang yang terlambat berkembang" yang menunjukkan potensi pertumbuhan intelektual yang luar biasa. Seiring waktu, para siswa ini menunjukkan kemajuan akademis yang jauh lebih besar dibandingkan rekan-rekan mereka, meskipun tidak ada perbedaan obyektif dalam kemampuan mereka. Studi ini menyoroti bagaimana ekspektasi guru terhadap siswa secara tidak sadar dapat memengaruhi perilaku dan kinerja mereka, yang pada akhirnya membentuk hasil akademik mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menjaga perspektif yang seimbang mengenai harapan, mendorong anak-anak tanpa memberikan tekanan yang tidak semestinya.

Selain itu, mengajari anak-anak untuk memikirkan kembali tantangan adalah keterampilan penting untuk mengembangkan ketahanan. Ketika anak-anak belajar melihat hambatan sebagai peluang untuk berkembang, mereka akan lebih cenderung menghadapi masalah dengan antusias dan percaya diri. Memasukkan humor adalah strategi lain yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan belajar untuk menertawakan tantangan-tantangan tertentu dan dengan tepat mencela diri sendiri ketika diperlukan dan dengan melihat situasi dari sudut pandang yang lucu, anak-anak dapat mempertahankan pandangan hidup yang lebih ringan dan optimis. Kemampuan untuk merestrukturisasi persepsi mereka juga dapat mengarah pada manajemen stres yang lebih baik dan peningkatan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan keadaan.

Menumbuhkan Nilai dan Perspektif

Dalam masyarakat yang semakin ditandai dengan rasa berhak dan kemampuan untuk mendapatkan kepuasan sesaat, menanamkan nilai-nilai syukur dan kerendahan hati pada anak-anak menjadi semakin penting. Mengajari anak-anak untuk menghargai anugerah kecil dalam kehidupan sehari-hari, serta gambaran yang lebih besar tentang keberadaan mereka, menumbuhkan rasa sejahtera dan kepuasan. Emmons dan McCullough menyatakan bahwa rasa syukur terkait dengan peningkatan kebahagiaan dan kohesi sosial; ketika anak belajar bersyukur, mereka mengembangkan pendekatan yang lebih menghargai dan peduli terhadap orang lain dan lingkungannya. Menumbuhkan kerendahan hati membantu anak-anak memahami tempat mereka di dunia, mengenali kekuatan dan keterbatasan mereka tanpa menghakimi. Pemahaman ini mendorong pembelajaran dan pertumbuhan, karena anak-anak lebih cenderung mencari pengalaman baru dan mengakui kesalahan secara konstruktif. Ciri-ciri ini tidak hanya meningkatkan perkembangan pribadi tetapi juga meningkatkan interaksi interpersonal, membuat anak lebih mudah beradaptasi dan mampu menghadapi berbagai situasi sosial. Tiga pertanyaan sederhana dari budaya Kaizen Jepang mungkin berguna untuk ditanyakan pada diri kita sendiri setiap hari untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

· Apa yang telah aku berikan?

· Apa yang telah aku terima?

· Rasa sakit apa yang aku timbulkan?

Ulangi ini setiap hari dan Anda mungkin akan terkejut dengan apa yang Anda temukan. Tetapi saya akan menyerahkannya pada Anda.

***

Solo, Rabu, 1 Mei 2024. 9:24 am

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya