is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naya Maura

Sejarah Palestina

Sejarah | 2023-12-22 15:24:29

Cantiknya Pakaian Adat Tradisional Wanita Palestina yang biasa disebut Thobe

Di tengah kisruh pengeboman dan berbagai penyerangan, terdapat kemegahan tersembunyi di negara yang dikenal dengan nama Palestina. Seperti banyak negara lain di dunia, Palestina memiliki kekayaan budaya yang telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya yang beragam ini berfungsi sebagai representasi nyata dari nilai-nilai yang tertanam dalam masyarakat Palestina. Sepanjang sejarah, masyarakat Arab telah menjadikan jubah sebagai bagian integral dari warisan budaya mereka.

Secara khusus, wanita Arab Palestina mengenakan jubah unik yang dikenal sebagai "thobe" sebagai pakaian tradisional mereka. Berasal dari istilah Arab untuk pakaian atau busana, thobe memiliki tempat khusus di hati wanita Palestina, yang masing-masing memiliki karakteristik dan individualitas tersendiri. Membuat pakaian indah ini membutuhkan kerja teliti selama berbulan-bulan, dengan motif sulaman rumit yang menghiasi kainnya. Faktanya, gaun thobe tertentu diketahui memiliki harga yang mencapai ribuan dolar. Dahulu kala, para petani perempuanlah yang mendedikasikan waktu luangnya untuk merancang gaun thobe yang anggun ini.

Pada awal abad ke-19, asal usul thobe dapat ditelusuri kembali ke masa ketika sulaman hanya dilakukan di pedesaan. Setiap desain thobe unik, mencerminkan karakteristik berbeda dari desa tempat desain tersebut dibuat. Misalnya, masyarakat kelas atas di Betlehem memamerkan jahitan 3 dimensi khusus, sementara perempuan nomaden Badui menyukai thobe dengan saku besar. Kota Jaff menganut motif cabang jeruk dalam desain thobe mereka. Pola-pola ini juga berfungsi sebagai representasi posisi sosial perempuan.

Pengantin wanita menghiasi diri mereka dengan gaun thobe merah, para janda dengan gaun biru, dan para janda yang berencana menikah lagi mengenakan gaun thobe biru dengan jahitan warna-warni. Thobe itu sendiri biasanya dihiasi dengan bentuk sulaman yang disebut "tatreez". Desain rumit pada thobe ini berfungsi sebagai kronik visual berbagai peristiwa dalam sejarah Palestina. Selama gerakan intifada Palestina pertama pada tahun 1980an, thobe menampilkan gambar sulaman senjata, merpati, dan bunga.

Ketika bendera Palestina disita oleh tentara Israel di tengah protes, para wanita dengan cerdik memasukkan desain peta dan warna negara ke dalam pakaian mereka. Pakaian tersebut kini menjadi lambang kesucian wilayah Palestina dan perjuangan melawan kolonialisme. Biasanya, thobe dipadukan dengan keffiyeh putih yang dihiasi pola kisi-kisi hitam, yang juga banyak dianut oleh masyarakat Palestina.

Pada dasarnya, pakaian yang dikenakan oleh warga Palestina memiliki kemiripan dengan pakaian yang dikenakan di negara-negara tetangga seperti Yordania, Suriah, dan Lebanon. Hal ini disebabkan oleh kesamaan budaya antara negara-negara yang pernah menjadi bagian dari kawasan Levant.

Di tengah protes, tentara Israel menyita bendera Palestina, mendorong perempuan untuk dengan cerdik memasukkan desain peta dan warna negara ke dalam pakaian mereka. Pakaian tersebut kini menjadi lambang kesakralan tanah Palestina dan perjuangan melawan kolonialisme. Biasanya, thobe dipadukan dengan keffiyeh putih yang dihiasi pola kotak-kotak hitam, gaya yang banyak dianut oleh orang Palestina. Pada dasarnya, pakaian yang dikenakan warga Palestina memiliki kemiripan dengan pakaian negara tetangga seperti Yordania, Suriah, dan Lebanon. Hal ini dapat dikaitkan dengan warisan budaya bersama di antara negara-negara yang pernah menjadi bagian dari wilayah Levant.

Sejarah Tarian Tradisional khas Palestina Dabke

Tarian yang dikenal dengan nama Dabke ini berasal dari istilah Arab 'dabkah', yang juga bisa dieja sebagai dabke atau dabka. Ini adalah tarian tradisional yang lazim di kalangan orang Arab di wilayah Levant di Timur Tengah. Dabke berfungsi sebagai representasi situasi Palestina di bawah pendudukan Israel, dimana masyarakat Palestina menggunakan tarian ini untuk mengekspresikan kegembiraan, kegembiraan, antusiasme, dan optimisme mereka. Setiap gerakan dalam tarian dabke mempunyai makna yang sangat berarti bagi bangsa Palestina, melambangkan solidaritas, kekuatan, keteguhan hati, dan ketabahan dalam menghadapi pendudukan Israel dan penjajahan atas tanah Palestina.

Para penari melakukan berbagai aksi, antara lain melompat, menghentakkan kaki, mengayun, berpelukan, dan menghentakkan kaki dengan irama yang selaras. Gerakan dabke bisa berbentuk melingkar atau linier, tergantung irama musik pengiringnya, yang sering dimainkan dengan menggunakan alat musik tradisional Palestina atau melodi Timur Tengah. Biasanya, pemuda dan pemudi Palestina mengikuti tarian dabke sambil mengenakan pakaian adat.

Keffiyeh Palestina, kain tradisional yang dihiasi jaring hitam, berfungsi sebagai simbol perjuangan Palestina. Tarian yang dikenal dengan nama dabke ini diyakini berasal dari wilayah yang meliputi Lebanon, Suriah, Yordania, dan Palestina, yang secara historis disebut sebagai Suriah atau Levant. Dabke memiliki arti penting di desa-desa Palestina, karena dilakukan pada pertemuan sosial seperti pernikahan dan pesta, selaras dengan siklus alami pertumbuhan dan kesuburan. Di luar kesempatan tersebut, dabke juga dilakukan untuk mengungkapkan rasa bangga dan syukur terhadap tanah air, baik atas kelahiran bayi, selesainya rumah baru, atau hasil panen yang melimpah. Pada akhirnya, dabke berfungsi sebagai acara pemersatu bagi komunitas Palestina.

Bukan hanya untuk kesenangan pribadi, olah raga atau tampilan masyarakat umum. Lebih penting lagi, Dabuk merupakan simbol kekeluargaan yang muncul di antara mereka. Dabke dibawakan oleh 9 orang, 5 laki-laki dan 4 perempuan. Penari pria mengenakan kostum berwarna coklat tanah, sedangkan penari wanita mengenakan gaun panjang berbahan satin berwarna putih dengan sulaman etnik. Dabke juga kerap menjadi bentuk protes, seperti saat March of Return di Gaza. Dabbuk Palestina diperkirakan berasal dari Kanaan atau Fenisia kuno.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya