is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image alif Witama

Keluh Kesah Pembelajaran Daring dan Dampaknya bagi Mahasiswa

Curhat | 2022-01-05 20:36:16
Sumber : google

Setahun lebih pandemi covid-19 melanda seluruh dunia, setiap Negara berlomba-lomba dalam menemukan vaksin dari virus itu. Masyarakat dipaksa untuk tetap berada di rumah dalam situasi pandemi, begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar yang diharuskan dilaksanakan di dalam rumah masing-masing.

Pembelajaran secara online menjadi salah satu solusi dari pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Pada proses pembelajaran daring banyak kontoversi yang terjadi, banyak dari masyarakat yang mengeluhkan dengan ketidak efektifan dalam pembelajaran daring tersebut, karna mahasiswa diwajibkan belajar menggunakan Gadged ataupun laptop yang dihubungkan dengan internet.

Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang menyetujui dengan solusi pembelajaran daring ini di masa pandemic, agar penyebaran virus Covid-19 segera berakhir.

Tetapi pada kenyataanya pembelajaran secara daring menjadi suatu kendala di kalangan mahasiswa, karna di rasa kurang efektif dengan barbagai hambatan yang di rasakan.

Seperti halnya, kurang stabilnya jaringan internet ataupun sulitnya interaktif di antara mahasiswa ataupun dosen yang membuat kegiatan belajar mengajar terhambat.

Berbagai solusi mulai diluncurkan oleh pemerintah untuk menunjang ke efektifan pembelajran daring. Salah satunya dengn memberikan kouta gratis kepada pelajar maupun mahasiswa agar mereka semua tetap bisa mengikuti pembelajaran secara online.

Akhirnya banyak dari mahasiswa yang mulai terbantu dengan adanya kouta gratis tersebut. Tetapi tidak jarang dari sebagian mahasiswa yang mengeluhkan bahwasannya mereka tidak pernah mendapatkan jatah kouta tersebut, ataupun tidak sedikit mahasiswa yang mengatakan bahwasannya mereka hanya mendapatkan kouta gratis 1 kali saja.

“ Iya sebagian dari kami masih ada yang belom mendapatkan kouta gratis dari pemerintah, malahan saya sendiri hanya mendaptkan 1 kali kouta gratis itupun baru dapat di bulan Desember ini padahal kuliah online sudah dimulai sejak 2020, ribet mas kuliah online klo presentasi suka kesel karna sinyal yang kurang mendukung, jadinya interaktif mahasiswa dan dosen jadi terhambat” ujar salah satu mahasiswa di Universitas Ibnu Khaldun (20/12/2021)

Oleh karna itu banyak mahasiswa yang mengeluhkan pembelajaran daring ini yang di rasa sudah tidak efektif lagi untuk dilakukan, apalagi dengan mulai menurunya angka penyebaran Covid-19.

Selain keluhan dari kouta internet dan jaringan yang kurang stabil, mereka juga dituntut memiliki gadget ataupun laptop sendiri, yang dimana mahasiswa kelas menengah kebawah tidak bisa memenuhinya.

Belum lagi mereka harus selalu membeli kouta sebagai sarana pembelajarannya juga, serta sering terjadi bentrok jadwal mata kuliah yang akhirnya menimbulkan masalah baru bagi mahasiswa.

Dampak dari pembelajaran daring ini tidak hanya menyangkut kurangnya interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Tetapi, dapat juga menurunkan rasa semangat ataupun bosan dalam pembelajaran serta menurunnya tingkat baca dalam diri mahasiswa itu sendiri.

Bisa kita lihat bahwasannya dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini, sering kali pelajar maupun mahasiswa cenderung malas berfikir. Mereka lebih menyukai hal simpel dengan mengandalkan internet ketimbang buku sebagai referensi tugas yang diberikan.

Berbeda dengan pembelajaran tatap muka yang dimana mereka dituntut untuk memiliki keinginan membaca yang tinggi untuk menyelesaikan tugas mereka.

Yang akhirnya perpustakaan ataupun toko buku lah incaran mereka untuk mencari referensi dari tugasnya, yang akhirnya dapat meningkatkan minat baca dari mahasiswa itu sendiri.

“ Pengunjung perpustaakan menurun hingga 80%, yang dimana pada bulan juni 2021 terdapat sekitar 1.577 pemustaka, berbeda jauh sebelum masa pandemi yang ditaksir kurang lebih 200.000 pemustaka” ujar kepala dinas perpustakaan DKI Jakarata yang dikutip dari beritajakarta

Tidak hanya itu, pembelajaran daring ini juga sangat mempengaruhi mahasiswa semester akhir yang dimana mereka dapat hambatan untuk penulisan skripsinya dikarnakan tidak bisa secara langsung bertemu dengan dosen pembimbingnya,

Belom lagi wisudah mereka yang dilakukan secara online, yang membuat sebagain dari mahasiswa kuang semangat untuk melanjutkan skripsinya dan lebih memilih kerja

Tetapi kalo kita lihat di berbagai negara di kawasan asia seperti, Malaysia, Thailand, dan Jepang sudah mulai menerapkan pembelajaran secara tatap muka dengan ketentuan protokol kesehatan yang ketat.

Seperti yang di lansir di laman UNICEF, bahwasannya siswa yang berada di Thailand sudah diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka dengan ketentuan pengecekan suhu sebelum masuk bus, menggunakan masker, membawa handsanathizer, sampai menjaga jarak dalam proses belajarnya.

Mungkin itu bisa menjadi acuan pemerintah untuk bisa mulai menerapkan pembelajaran secara tatap muka yang bertahap, dengan penerapan protokol yang ketat sebelum masuk kelas.

Kemudian mewajibkan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran offline untuk vaksin terlebih dahulu, sampai menjaga jarak dalam proses pembelajaran.

Selain membuat pembelajaran semakin efektif, dengan kegiatan pembelajaran tatap muka itu juga akan menjadi Motivasi masyarakat, agar mereka semua segera mengikuti vaksinisasi dan pastinya mengurangi tingkat putus sekolah.

Menurut laporan Unicef pada Agustus lalu, sekitar 1 miliar siswa harus putus sekolah dikarenakan penutupan sekolah tatap muka dampak dari covid-19.

Sedangkan di Indonesia sendiri mengalami peningkatan dalam putus sekolah yang mencapai 1,12 persen, yang dimana data tersebut lebih banyak sekitar 10 persen dari tahun 2019. Yang diperkirakan Bank Dunia sekitar 118.000 ana SD yang putus sekolah.

Maka dari itu, sudah seharunsya Indonesia kembali memikirkan solusi terbaik untuk bisa meningkatan semangat masyarakat dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan memulai sedikit demi sedikit pembelajran secara offline di seluruh sekolah di Indonesia secara bertahap dan terbatas.

Dengan demikian pembelajaran secara online memang lah solusi di masa pandemi, Tetapi semakin diperpanjangnya aturan pembelajran daring ini mahasiswa semakin gelisah karna semakin kesini kegiatan daring semakin tidak efektif

Belum lagi hambatan sinyal maupun kouta adalah masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa dalam pembelajaran online ini. Yang akhirnya tanpa kita sadari minat dari calon mahasiswa setiap tahunnya akan berkurang, belum lagi semangat dari mahasiswa akan luntur yang akhirnya mereka lebih memilih lanjut bekerja ketimbang melanjutkan pendidikan yang masih online.

Penulis : Muhammad Alif witama/ Mahasiswa Universitas Ibnu Khladun Bogor

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya