is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azhari Mushlihuddin

Menelusuri Kearifan Raden Fatah dalam Menyinari Pemikiran Islam di Zaman Sekarang

Sejarah | 2023-12-21 02:21:22
Gambar Raden Fatah ( Sumber: https://images.app.goo.gl/axpEmm75ARUsiWQi7 )

Raden Fatah, beliau adalah seorang tokoh dalam sejarah yang terkenal sebagai pendiri Kesultanan Demak pada abad ke-15 di Jawa, Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai ulama dan pejuang Islam yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jawa. Beliau juga dianggap sebagai pendiri Masjid Agung Demak dengan dibantu oleh para Walisongo, yang sekarang itu menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia yang berlokasi di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Pada masa itu Kesultanan Demak menjadi pusat kekuatan Islam di Jawa.

Beliau, Raden Fatah dengan nama lain Jin Bun, Senapati Jimbun, Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Menurut Babad Tanah Jawi yang dilansir oleh wikipedia.com, Raden Patah diketahui lahir pada tahun 1455 di Palembang yang kala itu masih merupakan wilayah kekuasaan Majapahit. Raden Patah merupakan seorang putra dari Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Majapahit. Beliau juga merupakan anak dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini merupakan putri dari Kyai Batong atau yang dikenal juga dengan Tan Go Hwat. Hal tersebut terjadi dikarenakan Ratu Dwarawati yang merupakan merasa cemburu, akhirnya Raja Brawijaya pun terpaksa memberikan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yaitu Arya Damar.

Di dalam biografi Raden Fatah, beliau menolak untuk menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Sehingga beliau akhirnya kabur ke pulau Jawa dan ditemani oleh Raden Kusen. Sesampainya di Jawa, keduanya pun langsung berguru pada Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian Raden Kusen mengabdi ke Majapahit, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah dan membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah pesantren. Seiring berjalannya waktu makin lama Pesantren Glagahwangi yang didirikan oleh beliau menjadi semakin maju. Sehingga membuat Brawijaya di Majapahit khawatir kalau Raden Fatah berniat untuk memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.

Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit. Brawijaya (sering disebut dalam cerita rakyat sebagai Brawijaya V) merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.

Kearifan Raden Fatah dalam menyinari pemikiran Islam di zaman sekarang, sebagai seorang tokoh ulama dan intelektual pada masa kerajaan Demak, beliau menyimpan kearifan yang masih relevan untuk menyinari pemikiran Islam di zaman sekarang. Salah satu aspek penting dari warisan intelektualnya adalah pendekatan holistik terhadap ilmu pengetahuan dan agama.

Beliau memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam konteks zaman modern, konsep ini tetap relevan, mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi umat Islam. Beliau mengajarkan bahwa pengetahuan harus berhubungan dengan nilai-nilai Islam supaya membentuk pemikiran yang seimbang dan berwawasan luas. Selain itu juga, Kecintaan beliau terhadap ilmu dan pendidikan tercermin dalam pendiriannya terhadap pesantren. Semangatnya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam dapat diadopsi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan umat Islam di zaman sekarang.

Bukan hanya itu saja yang dapat kita telusuri tentang kearifan beliau akan tetapi, ada juga Pendekatan beliau terhadap toleransi yang dapat menjadi panduan berharga dalam menyikapi berbagai keragaman masyarakat. Dalam menghadapi kompleksitas zaman sekarang, pemikiran inklusif dan penerimaan terhadap perbedaan menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang harmonis. Kearifan Beliau dalam mendidik masyarakat juga mencakup aspek kehidupan sehari-hari. Pengembangan karakter, moralitas, dan etika menjadi fokusnya. Di era digital dan globalisasi sekarang ini, nilai-nilai tersebut dapat menjadi landasan untuk membentuk generasi yang memiliki integritas dan tanggung jawab.

Raden Fatah juga menitikberatkan pada aspek kesederhanaan dan kemandirian. Pandangannya terhadap hidup sederhana sebagai bentuk ibadah dan kemandirian sebagai landasan keberlanjutan ekonomi mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki dan bersikap bijaksana dalam memanfaatkannya. Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, Raden Fatah memberikan teladan tentang pelayanan kepada masyarakat. Konsep kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan umum, berkeadilan, dan menjunjung tinggi kebenaran tetap relevan di tengah tantangan zaman yang terus berkembang.

Dalam menyoroti pemikiran Islam di zaman sekarang, konsep inklusivitas Raden Fatah muncul sebagai poin sentral. Beliau mengajarkan bahwa pemikiran Islam harus dapat merangkul dan mengakomodasi perubahan zaman tanpa kehilangan esensi nilai-nilai agama. Dalam era globalisasi ini, inklusivitas menjadi kunci untuk menghubungkan perbedaan dan membangun harmoni antara umat beragama.

Selain itu, adaptasi terhadap kemajuan teknologi juga dapat diambil sebagai inspirasi dari pandangan Raden Fatah. Meskipun hidup pada masa yang berbeda, prinsip-prinsipnya tentang pengetahuan dan kemajuan dapat diaplikasikan dalam memandang teknologi sebagai alat untuk kebaikan dan kemajuan umat. Beliau juga menekankan nilai-nilai moralitas dalam segala aspek kehidupan. Dalam menanggapi kompleksitas zaman sekarang, pemikiran ini dapat membimbing umat Islam untuk tetap teguh pada prinsip moralitas, etika, dan kejujuran dalam segala lapisan masyarakat.

Dengan merenungkan warisan kearifan Raden Fatah, kita dapat menemukan fondasi kokoh untuk menyinari pemikiran Islam di zaman sekarang. Dalam memadukan nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan modern, kita dapat mengembangkan pemahaman Islam yang komprehensif, relevan, dan mampu memberikan panduan moral serta etika dalam setiap langkah kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya