is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Syekh Ahmad Yassin Pendiri Hamas

Sejarah | 2023-12-20 11:56:23
Syekh Ahmad Yassin bersama anak-anak Palestina

Teori gerakan sosial dari Boix dan Stokes (2023) menjelaskan peran penting seorang pemimpin pergerakan, meskipun umumnya di dalam studi gerakan sosial biasanya kajian (studi) bertumpu kepada perilaku bersifat kolektif, bagi Boix dan Stokes (2023), kehadiran sosok penggerak perlawanan, memiliki pengaruh besar di dalam tubuh organiasasi pergerakan sosial.

Salah satu gerakan sosial Islam akhir-akhir ini menyita perhatian publik dunia adalah Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiyya), atau Gerakan Perlawanan Islam, pada 7 Oktober 2023 melakukan serangan dari darat, udara, dan laut ke wilayah Israel.

Serangan Hamas bersandi “Operasi Badai Al-Aqsa” telah meruntuhkan mitos kehebatan pertahanan Isreal, yang selama ini “diklaim” menjadi salah satu kekuatan militer terhebat dan terkuat di dunia, konon wilayah teritorialnya mustahil ditembus oleh pejuang kemerdekaan Palestina. Operasi Badai Al-Aqsa dari Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas, betul-betul telah mempermalukan wajah Israel di depan sekutunya.

Kehebatan Brigade Izzuddin Al-Qassam tidak bisa lepas dari sosok Syekh Ahmad Yassin, ulama karismatik pendiri Hamas, melalui sistem pendidikan (tarbiyah) ke seluruh anggota Hamas, akhirnya berhasil melahirkan sebuah generasi yang memiliki militansi sangat tinggi dan tangguh di medan perang ketika berhadapan militer Israel.

Biografi Syekh Ahmad Yasin

Syekh Ahmad Yassin lahir pada tahun 1936, di Desa Al-Jaurah, Kota Al-Majdal, sekitar 20 KM sebelah utara Jalur Gaza, Palestina. Semenjak usia tiga belas tahun, Yassin sudah bersentuhan dengan pemikiran dan gerakan Ikhawanul Muslimin dari Mesir, ketika itu Ikhwan sudah memiliki cabang dibeberapa negara Timur Tengah salah satunya di Palestina (Romli, 2000).

Semenjak remaja selain aktif mengikuti kegiatan usrah bersama Ikhawanul Muslimin, Yassin menggemari olahraga sepak bola. Di tahun 1956 ia mengalami kecelakaan patah tulang leher ketika berolahraga bersama teman-temannya, sehingga mengalami kelumpuhan permanen seluruh anggota tubuh kecuali kepalanya, sejak saat itu kehidupannya tidak bisa lepas dari kursi roda (Kumoro, 2009).

Meskipun ditengah segala keterbatasan fisik, Yassin, bersemangat terus belajar dan mengembangkan potensi diri, ia melanjutkan studi ke Universitas Ainus Syams, Kairo, Mesir. Sekembalinya studi dari negeri piramida itu, Yassin berkhidmat menjadi seorang guru, mengajar disebuah madrasah di Jalur Gaza, serta mendirikan Islamic Centre di tahun 1973, dan sebuah organisasi kemasyarakatan bernama Mujama al-Islami, perkumpulan yang memiliki afiliansi dengan pergerakan Ikhawanul Muslimin.

Mujama al-Islami memusatkan kegiatannya dibidang dakwah dan pendidikan, mereka membangun masjid-masjid di Jalur Gaza, mendirikan sekolah-sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi, serta memberikan banyak santunan kepada kaum dhuafa.

Selama hidupnya Syekh Ahmad Yassin dikenal sebagai orator ulung, tercatat aktif sebagai khatib di masjid-masjid seantero Jalur Gaza, gaya retorika pidatonya sangat menarik, kekuatan argumen dan kelugasan dalam menyampaikan kebenaran menjadikan sosok Yassin sangat disegani dan dihormati masyarakat Palestina (Ridha, 2002).

Di atas mimbar-mimbar Masjid di Jalur Gaza, Yassin tidak henti-hentinya menyuarakan kemerdekaan bangsa Palestina, serta mendorong anak-anak muda untuk mencintai tanah airnya, ceramah-ceramah Yassin dianggap berbahaya oleh pihak zionis Israel, maka pada tahun 1983 tentara Israel melakukan penangkapan, dengan tuduhan mempersiapkan pemberontakan untuk menghancurkan negara Israel, kemudian ia divonis selama tiga belas tahun penjara. Tetapi, di tahun 1985, Yassin dibebaskan melalui pertukaran tawanan antara Palestina dan Israel, ketika para pejuang Palestina berhasil menculik tentara Israel, kemudian ditukarkan dengan kebebasan para pejuang Palestina, salah satunya Syekh Ahmad Yassin (Romli, 2000).

Mendirikan Hamas

Pada bulan Desember 1987, Syekh Ahmad Yassin bersama sejumlah pimpinan Ikhwanul Muslimin (Palestina) mendirikan Hamas, sebuah organisasi Islam yang ditunjukan membebaskan Palestina dari cengkraman zionis Israel, Yassin kemudian didaulat menjadi pemimpin spiritual Hamas. Seiring dengan aktifitas Hamas semakin agresif yang menuntut kemerdekaan Palestina, Yassin kembali mengalami penangkapan pada Mei 1989, serta tiga tahun kemudian di dalam persidangan digelar pihak zionis Israel, ia divonis penjara seumur hidup (Kumoro, 2009).

Hamas sendiri awalnya memulai aktifitas gerakannya dari masjid, menghidupkan kembali fungsi masjid seperti zaman Nabi Muhammad SAW, dengan mengintensifkan berbagai pertemuan-pertemuan, seperti kegiatan mempelajari Al-Qur’an beserta tafsirnya, pembentukan halaqah dzikir, serta mengkaji khazanah ilmu pengetahuan Islam seperti mempelajari fiqih dan sirah nabawiyah (Izzuddin, 1993).

Selain menjadikan masjid tempat beribadah dan mempelajari Islam, Hamas juga menjadikan masjid tempat belajar (sekolah) bagi anak-anak Palestina, menyediakan perpustakaan menghimpun ribuan referensi ilmu pengetahuan, yang dapat diakses masyarakat, serta menyediakan sarana latihan fisik atau berolah raga (Izzuddin, 1993).

Setelah berhasil membentuk basis massa di masjid-masjid, mereka mendirikan berbagai lembaga-lembaga sosial, dari perhimpunan pelajar dan mahasiswa, mendirikan sekolah-sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, serta menerbitkan buku-buku pemikiran Islam, dengan tujuan memotivasi perjuangan dan memobilisasi satu pemikiran (fikrah), bahwa Islam adalah satu-satunya solusi bagi bangsa Palestina. Karena mendapat tekanan militer dari Israel akhirnya Hamas membentuk sayap militer bernama Izzuddin al-Qassam, sebuah nama diambil dari aktifis Ikhwanul Muslimin Palestina yang syahid dibunuh.

Brigade Izzuddin al-Qassam dikenal memiliki militansi serta disiplin tinggi para anggotanya, mereka mempunyai kemampuan berperang sangat mumpuni, akibat sering berkonfrontasi dengan tentara Israel, Izzuddin al-Qassam memiliki rekam jejak peperangan sangat panjang, menambah pengalaman serta kemampuan skill bertempur di medan peperangan.

Syahidnya Syekh Ahmad Yasin

Selama di dalam penjara zionis Israel, Yassin mengalami perlakuan tidak manusiawai, diatas kursi rodanya, ia mengalami siksaan diluar batas kemanusiaan, akibat dari siksaan itu salah satu matanya tidak dapat melihat, dan pendengarannya mengalami kerusakan permanen.

Pada 1 Oktober 1997, Yassin dibebaskan melalui perjanjian antara Kerajaan Yordania dengan Israel, lewat perjanjian pertukaran antara Yasin, dengan dua mata-mata Israel yang ditangkap, ketika keduanya melakukan upaya percobaan pembunuhan terhadap aktifis Hamas, Khaled Meshall di Yordania. Pembebasan Yasin disambut puluhan ribu warga Gaza, sepulang dari berobat kebeberapa negara Arab pasca dibebaskan Israel (Kumoro, 2009).

Kebencian Zionis Israel kepada Syekh Ahmad Yassin sudah diluar nalar sehat, akhirnya pada 22 Maret 2005, ketika usai menunaikan shalat subuh, misil-misil Israel membombardir rumahnya, sehingga Yassin meninggal dunia (syahid), meskipun sosoknya sudah tidak bersama warga Gaza, semangat dan militansi dari buah pendidikannya bagi anak-anak Gaza ketika itu mampu melahirkan generasi tangguh sampai detik ini, Yassin menjadi icon perlawanan bangsa Palestina dalam merebut kemerdekaanya.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Karawang.

Referensi Artikel.

1. Boix, Carles, Susan C. Stokes. 2023. Handbook Perbandingan Politik. (Nusa Media, Bandung).

2. Izzuddin, Ahmad. 1993. Hamas Intifadlah Yang Di Lindas (Gema Insani Press, Jakarta).

3. Kumoro, Bawono. 2009. Hamas Ikon Perlawanan Israel Terhadap Zionis Israel (Bandung, Mizan).

4. Ridha, Abu. 2002. Syekh Ahmad Yasin Perlawanan dari Kursi Roda (Majalah Islam Sabili, No. 01, TH.X, 25 Juli 2002/14 Jumadil Awal 1423).

5. Romli, Asep Syamsul. 2000. Demonologi Islam Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam (Jakarta, Gema Insani Press).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya