is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vita Alfiani Putri, M.Pd

Sebuah Perjalanan Bersama Kaki yang Terus Melangkah

Eduaksi | 2021-12-25 18:41:23

Kerap kali kita merasa bimbang menentukan kemana harus melangkahkan kaki. Kerap kali pertanggung jawaban atas setiap langkah itu pun menjadi satu-satunya alasan baku pada setiap kebimbangan itu. Ya. Melangkahlah sejauh-jauhnya, tapi satu yang harus kau ingat, pertanggung jawabkan setiap langkah yang kau tempuh.

Oktober 2017 silam, saya duduk di satu kursi di sebuah gedung yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) bersama para peserta wisuda lainnya. Lega sekali rasanya saat sebelumnya saya dinyatakan lulus sidang dengan nilai A pada penelitian skripsi saya. Saat itu saya merasa berhasil memberikan sebuah hadiah terbesar untuk diri saya sendiri pada akhir masa studi S1 saya. Bagaimana tidak? Perjalanan yang saya tempuh cukup berbeda jauh dengan perjalanan yang mungkin ditempuh oleh teman-teman seangkatan saya saat itu.

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Kuliah dan kerja, kerap kali menjadi dua hal yang bertentangan karena tidak semua orang mampu menjalani keduanya secara balance alias seimbang. Sejak semester 3 saya bertekad untuk membagi fokus kuliah saya untuk sambil mengajar di sebuah lembaga pendidikan besar bernama Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Putri, Cikarang. Ada satu ketika, saat saya menjenguk adik yang tengah nyantri di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Ketapang, saya bertemu dengan KH. Ahmad Jamil yang saat itu sebagai Direktorat Pendidikan dan Dakwah di seluruh Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an. Beliau meminta saya untuk bisa bergabung bersama keluarga besar Daarul Qur'an dan mengajar di pesantren putri. Sontak saya menerima permintaan beliau dan menyatakan bahwa saya bersedia bergabung bersama keluarga besar Daarul Qur'an.

Saat itu saya sadar betul bahwa perjalanan kuliah saya masih sangat panjang dan membutuhkan lebih banyak tanggung jawab di dalamnya. Lantas mengapa saat itu saya bersedia membagi waktu untuk dua tanggung jawab penting itu? Satu-satunya alasan saya saat itu hanyalah keinginan saya untuk menyalurkan sedikit ilmu yang sudah saya miliki. Sebelumnya saya nyantri di Pondok Pesantren Daar el Qolam, Gintung, Jayanti, Tangerang selama 6 tahun. Bagi saya, 6 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Maka bukan sedikit juga ilmu yang telah dibekali kepada saya untuk bisa dibagikan kepada masyarakat setelah saya lulus dari sana.

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Sebelum melanjutkan langkah kaki saya di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an, saya berusaha menyempatkan sedikit waktu untuk bisa datang bersilaturrahim kepada guru-guru saya di Pondok Pesantren Daar el Qolam. Kala itu saya datangi rumah Ustadzah Hj. Enah Hwaenah untuk meminta restu. Saya bertemu beliau dan menyampaikan bagaimana maksud dan tujuan kedatangan saya. Seketika wajah beliau berseri dan menampakkan senyum sumringah. Beliau memberi sepenggal pesan berharga untuk saya: "Nak, melangkahlah sejauh-jauhnya. Bawa semua ilmu yang kamu dapat dari sini. Bagikan untuk mereka di luar sana. Dimanapun tempatnya, siapapun orangnya, kami ridho. Sangat ridho, nak. Do'a kami selalu menyertaimu."

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Sejak saat itu hati saya terasa tenang dan damai. Rasanya seperti kehadiran beliau selalu menyertai setiap langkah kaki saya. Kerap kali saya merenungkan bahwa Allah begitu baik. Begitu banyak sarjana yang sulit mendapatkan pekerjaan hingga terpaksa menjadi pengangguran dalam beberapa tahun setelah dinyatakan lulus, namun saya sudah mendapat pekerjaan bahkan jauh sebelum saya lulus S1. Alhamdulillah..

Saya berusaha untuk terus meluruskan niat, agar langkah kaki saya pun tetap berada di jalan yang lurus. Setiap hari saya kembali kepada niat awal, bahwa tujuan saya mengajar adalah untuk berbagi ilmu, bukan untuk mencari uang. Saya ingin ilmu saya tidak habis sebab terkikis waktu, seperti pada sebuah mahfuzhat; "Bencana ilmu adalah lupa".

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Hari demi hari berlalu. Waktu terus berputar. Langkah kaki kian menjauh. Tiba saatnya saya dinyatakan lulus dan wisuda. Satu hal yang membuat saya bangga adalah saya dapat belajar lebih banyak dari teman-teman yang lain, sebab saya langsung berhadapan dengan anak didik dan sesama guru di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an.

Usai S1, saya memiliki lebih banyak waktu kosong karena waktu yang biasanya saya habiskan untuk menyelesaikan tugas kuliah dan berbagai kegiatan di kampus, baik itu kelas perkuliahan, KKN, maupun penelitian. Hampa rasanya jika hari-hari saya hanya diisi dengan mengajar saja. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan studi dan mengambil program S2.

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Saat itu saya mulai asyik dengan rutinitas baru sebagai mahasiswa S2 di kampus yang sama dengan sebelumnya, yakni Universitas Islam "45" (UNISMA) Bekasi. Kampus yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga saya bisa menyempatkan sejenak untuk mampir dan menginap di rumah usai menjalani kelas perkuliahan. Sebagai guru di pesantren yang turut tinggal di dalam lingkungan asrama pesantren, rasanya berharga sekali jika memiliki waktu untuk pulang ke rumah walau sejenak. Perjalanan S2 saya dimulai pada April 2018.

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Layaknya sebuah perjuangan, perjalanan S2 saya pun tidak semulus jalan tol. Ada beberapa hal yang kerap kali mengganggu fokus saya dalam menjalani perkuliahan, namun sejak awal masuk, saya punya satu target yang tidak bisa diganggu gugat. Target itu adalah apapun keadaannya, bagaimanapun hambatannya, saya harus lulus tepat waktu.

Perjalanan karir saya di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an ternyata mendapati sebuah perubahan pesat. Saya yang sebelumnya hanya berfokus pada dunia pendidikan dan kegiatan kepesantrenan, saat itu mulai diberi amanah untuk masuk pada dunia Jurnalis. Saya sangat senang saat diberi amanah baru tersebut. Artinya, saya diberi kesempatan untuk terus berkembang dan saya diberi ruang untuk mempelajari hal baru. Beberapa kawan bertanya; "Kok mau sih? Itu kan gak sesuai dengan jurusanmu. Gak sesuai passion kamu." Saya hanya menjawab, bismillah.. ini bukan hambatan ataupun halangan, ini justru sebuah jalan untuk saya bisa belajar lebih banyak hal baru. Bagi saya, tidak ada batasan profesi dan karir apalagi hanya disebabkan oleh akademik. Sejak hari itu, saya mulai mengurus kepindahan ke Tangerang.

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Siapa sangka, pindah tugas ini bertepatan dengan proses penyelesaian tesis saya. Jarak Tangerang - Bekasi tentu tidak bisa ditempuh hanya dengan kedipan mata. Namun saya yakin, keadaan ini tidak akan menghambat target lulus tepat waktu yang telah saya bentuk sejak awal masuk S2, walau tugas luar kota kerap kali membuat saya bingung dalam mengatur waktu bimbingan tesis.

Alhamdulillah atas izin Allah semua berjalan cukup lancar, hingga saya menjalani sidang dan dinyatakan lulus pada September 2020 dengan nilai A pada penelitian tesis saya. Saya menjadi mahasiswa pertama dari seangkatan yang mendaftarkan diri untuk sidang tesis dan lulus dengan menyandang predikat Cumlaude dengan IPK 3.83, Alhamdulillah..

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Dari pengalaman saya yang sedikit ini, saya mengambil kesimpulan bahwa waktu bukanlah hambatan jika kita masih dengan tekad yang kuat. Kita semua bisa mengatur waktu sesuai kebutuhan masing-masing dan jangan sampai kita termakan oleh waktu. Dalam sebuah hadits disampaikan; "Ada 2 kenikmatan yang banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni nikmat sehat dan waktu luang" (HR. Bukhari).

Kaki kita harus terus melangkah dalam keadaan apapun. Jangan lupa luruskan niat dan kembalikan semua pada niat awal. Yakinlah ada Allah yang selalu mendampingi setiap langkah kita. Bila terasa lelah, istirahatlah secukupnya dan kembali melangkah.

Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.
Foto: Wisuda S2. Sentul, 22 Desember 2021.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan; "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Bukhari). Saya ingin sepanjang usia saya dapat menebar manfaat bagi sesama manusia dari segala arah dan dalam berbagai bidang.

Terima kasih untuk Abi dan Ummi yang selalu berhasil menguatkan. Terima kasih juga kepada segenap guru yang telah mendidik saya, juga kepada segenap dosen dan civitas akademika UNISMA Bekasi atas segala ilmu dan pengalamannya. Terima kasih tak terhingga kepada Daarul Qur'an yang telah memberi saya ruang yang sangat luas sehingga saya bisa mengeksplor banyak sekali hal-hal baru berkaitan dengan lembaga pendidikan. Terima kasih untuk diri saya sendiri atas semua perjuangannya selama ini.

Kini, saya bersama keluarga tengah merintis sebuah lembaga pendidikan bernama Pesantren Tahfizh Muthma'innah di wilayah Mustikajaya, Kota Bekasi. Sebuah pesantren dengan kurikulum yang kami ramu sendiri dan mengintegrasikan nilai-nilai keislaman pada setiap mata pelajarannya. Sebuah pesantren dengan program unggulan Tahfizh, Tafsir, dan Tahsin atau yang kami kenal dengan 3T. Insya Allah akan menjadi besar dan bermanfaat untuk masyarakat luas, Aamiin Allahumma Aamiin..

Oleh: Vita Alfiani Putri, M.Pd (Psikolog Pendidikan dan Aktivis Literasi)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya