is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dea Qurota

Eating Disorder: Bukan Sekedar Gangguan Makan Biasa

Eduaksi | 2021-12-22 17:17:11

Bagi manusia pada umumnya, makan dan makanan merupakan dua hal yang menyenangkan. Namun, ada beberapa orang yang beranggapan sebaliknya, bahwa makan ataupun makanan adalah hal yang menakutkan karena dapat menaikkan berat badan mereka.

Ilustrasi penderita eating disorder, sumber foto: Shutterstock

Tahukah kamu seseorang yang beranggapan tersebut mungkin sebenarnya menderita eating disorder?

Jadi, Apa Sih Eating Disorder Itu?

Dilansir dari American Psychiatric Association, eating disorder atau lebih dikenal sebagai gangguan makan merupakan kondisi yang penderitanya mengalami penyimpangan pada makan secara terus menerus dengan disertai pikiran dan perasaan cemas.

Ilustrasi wanita cemas, sumber foto: Shutterstock

Oh, iya! perlu diketahui bahwa eating disorder masuk dalam kategori gangguan kesehatan pada mental, lho, friends!

Hmm, mengapa bisa begitu ya?

Nah jawabannya, meskipun eating disorder terkait dengan pola makan dan berat badan, sebenarnya gangguan ini tentang perasaan dan ekspresi diri (Krisnani dkk, 2017).

Gangguan makan yang kerap dianggap sebagai masalah sepele oleh masyarakat umum ini, sebetulnya termasuk gangguan psikiatri serius yang jika tidak segera diatasi akan berdampak pada fisik dan psikologis seseorang, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Gangguan makan yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipotensi kronis, bradikardia, hipotermia, pembengkakan kelenjar liur, anemia, dehidrasi, alkalois, hipokloremia, dan ruptur lambung (Krisnansi dkk, 2017), serta gagal jantung sebagai resiko tertinggi (Tsuboi, 2005). Sementara untuk kematian, berdasarkan studi meta-analisis oleh Arcelus, Mitchell, dan Wales (2011), kasus kematian karena bunuh diri akibat anorexia nervosa sebesar 20%. Sementara, kasus kematian standar akibat gangguan makan dilaporkan mencapai 5,86 untuk penderita anorexia nervosa, 1,93 untuk bulimia nervosa, dan 1,92 untuk eating disorder not otherwise specified (EDNOS).

Penyebab Eating Disorder

Seperti gangguan mental lainnya, menurut Sempaga (2021) eating disorder kurang lebih disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini, yaitu:

- Faktor biologis, seperti jenis kelamin dan lainnya.

- Faktor psikologis, yaitu kondisi mental, sifat pribadi atau kepribadian.

- Faktor lingkungan dan sosialkultur, seperti pandangan yang berlebihan mengenai tubuh ideal berarti kurus beredar disertai dengan tekanan dari teman juga orang-orang sekitar sehingga semakin gencar untuk berdiet hingga tanpa disadari memicu gangguan makan.

- Faktor penggunaan media sosial, seperti tren-tren tentang diet ekstrem hingga pandangan terhadap citra tubuh yang ramai diperbincangkan di media sosial sehingga muncul rasa tidak puas akan tubuh yang dimiliki.

Hanya Diderita Oleh Remaja, Mitos atau Fakta?

Jawabannya, sudah pasti mitos. Meskipun penderita gangguan makan memang lebih sering ditemui di kalangan remaja, khususnya perempuan, tetapi pada dasarnya gangguan makan dapat dialami oleh siapa saja. Sehingga, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa, laki-laki ataupun perempuan, harus tetap waspada terhadap gangguan mental yang satu ini.

"Seorang remaja berada pada tahap masa krisis identitas (crisis of identity), hal ini mendorong remaja untuk mencari jati diri (identitas diri), caranya dengan mewujudkan keinginannya agar menjadi seseorang individu yang ‘sempurna’, secara intelektual, kepribadian, maupun dalam penampilan fisiknya.” –Erikson dalam Krisnani dkk (2017).

Ketika seorang perempuan telah memasuki masa pubertas, yakni masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, mereka akan mulai mengalami beberapa perubahan fisik, seperti pertambahan berat badan atau perubahan pada bentuk tubuh.

Untuk menjadi “sempurna”, kata pada kutipan di atas, beberapa remaja akan rela melakukan apapun untuk tetap terlihat ideal, dari mulai menjaga pola makan hingga diet. Ketika keinginan remaja tersebut berubah menjadi obsesi yang berlebihan hingga memunculkan perasaan cemas dan takut gagal memiliki tubuh ideal, mereka cenderung akan melakukan usaha yang lebih. Memperketat pola makan hingga diet ekstrem pun dilakukan yang tanpa sadar merusak pola makan. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka tidak menutup kemungkinan remaja tersebut akan mengalami eating disorder.

Sebenarnya, eating disorder itu banyak jenisnya. Tetapi, di bawah ini saya hanya akan membahas tiga jenis gangguan makan yang umumnya dialami remaja, di antaranya sebagai berikut.

- Anorexia Nervosa (AN)

Anorexia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan penderitanya selalu merasa memiliki berat badan berlebih sehingga dirinya membatasi asupan makannya karena takut akan kegemukan. Oleh karena itu, penderita anorexia pada umumnya akan sangat kurus karena banyak kehilangan berat badan, sementara asupan kalori dan gizi yang masuk sangat sedikit.

- Bulimia Nervosa (BN)

Jika pada anorexia penderita akan membatasi asupan makannya, penderita bulimia akan makan dalam jumlah porsi yang banyak terus menerus tanpa terkendali. Namun setelahnya, penderita akan merasa stres, bersalah, dan takut akan berat badannya naik. Sehingga, penderita akan sengaja memuntahkan apa yang telah dimakannya, meminum obat pencahar atau obat penekan nafsu makan, hingga olahraga berlebihan.

- Binge Eeating Disorder (BED)

BED merupakan kondisi makan yang berlebihan seperti bulimia. Namun, pada penderita binge eating disorder tidak dilakukan tindakan, seperti memuntahkan makanan dengan sengaja atau lainnya yang serupa pada penderita bulimia.

Dari berbagai sajian tentang gangguan makan di atas, kira-kira apakah ada tanda-tanda eating disorder yang kamu rasakan? semoga tidak yaa..

Namun, jika memang dirasa ada yang aneh dengan kebiasaan makan atau ada tanda-tanda eating disorder di diri kalian, jangan ragu untuk segera konsultasi ke dokter atau psikiater. Karena pada dasarnya, menderita gangguan mental bukanlah sebuah kesalahan dan bukan pula sebuah dosa, sehingga tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Tips Mencegah Eating Disorder

"Lebih baik mencegah daripada mengobati."

Yup! daripada terus mempermasalahkan berat badan, alangkah lebih baiknya mulai sekarang kita menjaga diri agar terhindar dari eating disorder.

Kamu bisa melakukan beberapa tips mudah di bawah ini!

- Tumbuhkanlah rasa percaya dirimu dengan lebih meningkatkan love your self kamu. Apapun kekurangan dan kelebihanmu, berapa pun berat timbanganmu, juga bentuk tubuhmu, kamu harus bisa menerimanya.

- Menjaga pola makan yang sehat dan teratur. Jangan sampai menunda-nunda makan yang akhirnya jadi telat makan.

- Jika merasa insecure dan stress, istirahatkanlah dirimu dari media sosial dan segala aktivitas yang membuatmu semakin merasa tertekan.

- Konsultasikan pada ahlinya terlebih dahulu ketika ingin berdiet.

- Jaga pola tidur karena kekurangan tidur dapat mempengaruhi mood kamu di pagi hari.

Memiliki berat yang berlebih, bentuk tubuh yang tidak sempurna, atau tidak termasuk dalam standar kecantikan yang dewasa ini marak dibicarakan itu tidak apa-apa.

You’re the most important person in your life. So, be yourself. Be beautiful. –NCT 2021.

Sumber:

American Psychiatric Association. (2021). What are eating disorders. https://www.psychiatry.org/patients-families/eating-disorders/what-are-eating-disorders

Arcelus, J., Mitchell, A. J., & Wales, J. (2011). Mortality rates in patients with anorexia nervosa and other eating disorders. Archives of General psychiatry,724-731.

Krisnani, H., Santoso, M. B., Putri, D. (2017). Gangguan makan anorexia nervosa dan bulimia nervosa pada remaja. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3), 390-447.

Sempaga, C. A. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan pada remaja. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(4), 661-668.

Tsuboi, K. (2005). Eating disorders in adolescence and their implications. Japan of Japan Medical Association, 48(3), 123-129.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya