is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syafira Aulia

Pandemi Menyebabkan Kecemasan Sosial? Yuk, Kenali dan Pelajari Cara Mengatasinya!

Eduaksi | 2021-12-21 21:42:39

“Kayaknya aku nggak ikut dulu, deh. Aku takut bertemu banyak orang saat pandemi gini.”

Selama pandemi Covid-19 ini, pasti kalian pernah beberapa kali mendengar ucapan seperti itu atau bahkan kalian sendiri yang mengucapkannya, bukan? Apakah kalian tahu bahwa kalimat tersebut termasuk ke dalam kondisi kecemasan sosial? Mungkin kalian bertanya-tanya, “Memangnya apa itu kecemasan sosial?” Sila simak penjelasan di bawah ini, ya!

Kecemasan Sosial itu Apa, Ya?

Sumber: Google.com

Menurut Maramis (dalam Nainggolan, 2017), kecemasan adalah sikap tegang, khawatir, dan rasa tidak aman yang dialami oleh seseorang yang muncul ketika seseorang itu merasa bahwa ada suatu hal yang tidak menyenangkan yang akan terjadi. Kecemasan sosial itu merupakan salah satu jenis kecemasan, lho, teman-teman. Jika kalian merasa cemas yang berkepanjangan disertai dengan detak jantung yang berdetak sangat cepat, khawatir yang tidak masuk akal hingga merasa gemetar, atau bahkan memiliki keinginan yang kuat untuk menghindar dari banyak orang, tandanya kalian sedang mengalami kecemasan sosial.

Sebenarnya, sah-sah saja jika kalian mengalami kecemasan sosial. Kondisi tersebut lumrah, kok, bagi setiap orang. Namun, tidak baik jika kalian mengalami kecemasan sosial yang berlebihan terutama saat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Memangnya kenapa? Mungkin pertanyaan tersebut terbesit dalam benak kalian. Nah, jawaban dari pertanyaan tersebut akan dibahas setelah ini. Simak lebih lanjut, yuk!

Kecemasan Sosial pada Masa Pandemi Covid-19

Sumber: Google.com

Sebelum penulis menjawab pertanyaan di atas, penulis ingin menjelaskan terlebih dahulu mengenai contoh-contoh kecemasan sosial pada masa pandemi Covid-19. Kecemasan sosial ini umumnya disebabkan oleh banyaknya berita hoax atau berita yang terlalu dilebih-lebihkan yang sering ditampilkan di berbagai media. Akibatnya, masyarakat mengalami kecemasan sosial yang berlebihan. Contohnya, tidak ingin keluar rumah dan bertemu dengan banyak orang, waspada yang berlebihan mengenai kebersihan, baik kebersihan dari tubuh diri sendiri maupun dari benda-benda dan lingkungan sekitar, serta adanya rasa takut ketika melihat gambar sel virus Covid-19. Selain itu, berdasarkan apa yang dialami oleh Susan Kemp, kecemasan sosial yang dirasakannya pada masa pandemi Covid-19 itu diawali oleh tangisan akibat ketakutannya kalau ia akan mati yang kemudian berpengaruh pada paru-paru dan sekujur tubuhnya yang terasa sakit.

Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak korban jiwa. Hal itu membuat masyarakat mengalami kecemasan yang luar biasa jika mereka akan kehilangan keluarga dan/atau kerabat dekat atau bahkan takut jika dirinya lah yang akan meninggal dunia akibat terpapar virus Covid-19. Lebih lanjut lagi, adanya aturan social distancing dan PPKM mengakibatkan masyarakat kehilangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya hingga mereka merasa cemas jika tidak dapat bertahan hidup. Dari berbagai contoh yang telah disebutkan, apakah kalian juga merasakannya? Atau mungkin ada kecemasan sosial lainnya yang kalian alami?

Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, memiliki kecemasan sosial yang berlebihan saat pandemi Covid-19 merupakan hal yang tidak baik. Mengapa? Alasannya adalah jika seseorang sedang mengalami kecemasan sosial maka akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik, seperti pusing, gemetar, berkeringat dingin, degup jantung yang terlalu cepat, serta juga dapat menyebabkan demam. Kalian tahu, 'kan, kalau penularan virus Covid-19 itu rentan terhadap seseorang yang imunnya lemah? Oleh sebab itu, menurut penulis, sebaiknya kita perlu mengontrol diri agar tidak mengalami kecemasan sosial yang berlebihan supaya imun kita tetap kuat sehingga tidak rentan terpapar virus Covid-19. Lalu, bagaimana cara mengatasi kecemasan sosial tersebut? Penulis akan jelaskan lebih lanjut, nih. Jadi, mohon dibaca dengan baik, ya, teman-teman!

Cara Mengatasi Kecemasan Sosial

Sumber: Google.com

Jika sebelumnya penulis membahas tentang definisi kecemasan sosial beserta beberapa contoh yang umumnya timbul saat pandemi Covid-19, pada pembahasan kali ini, yuk, kenali beberapa tips dan trik untuk mengatasi kecemasan sosial!

Pertama, kenali pemicu yang membuat kalian cemas. Adanya pandemi Covid-19 ini mengakibatkan minimnya interaksi langsung antar individu. Kalian harus mencari tahu terlebih dahulu situasi seperti apa, sih, yang dapat memicu kecemasan kalian? Apakah itu berbicara di depan banyak orang atau berbicara secara empat mata? Setiap orang memiliki perbedaan tersendiri mengenai pemicu situasi sosial yang membuatnya cemas beserta gejala yang berbeda juga. Oleh karena itu, penting sekali, lho, untuk mengetahui situasi seperti apa yang membuat kalian cemas. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempermudah kalian dalam mengatasi kecemasan sosial yang dirasakan.

Kedua, belajar untuk rileks. Ketika kecemasan menyerang, kalian pasti akan merasa tidak nyaman dengan lingkungan disekitar, bukan? Nah, salah satu cara untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan belajar untuk rileks. Caranya dapat dilakukan dengan mencoba mengatur pernapasan kalian, yakni dengan menggunakan teknik pernapasan 4-7-8. Apakah kalian sebelumnya sudah pernah mendengar tentang teknik pernapasan 4-7-8? Lalu, apakah kalian tahu bagaimana cara melakukannya? Jadi, teknik pernapasan tersebut dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung selama 4 detik, dilanjutkan dengan menahannya selama 7 detik, dan kemudian menghembuskannya melalui mulut selama 8 detik. Menurut Hidayat (dalam Endriyani, dkk, 2021), pemberian teknik relaksasi pernapasan ini dapat menurunkan ketegangan hingga mencapai keadaan yang rileks. Ketika kalian berada dalam kondisi yang rileks maka akan semakin mudah juga kalian mengatasi rasa cemas tersebut. Penulis juga sudah pernah melakukannya dan menurut penulis teknik ini ampuh untuk meredakan rasa cemas.

Ketiga, mengubah pola pikir kalian. Tahu nggak, sih, bahwa kecemasan itu umumnya timbul melalui pikiran kalian sendiri? Seringkali seseorang mengalami kecemasan akibat berpikir sesuatu yang negatif tentang dirinya atau pemikiran negatif tentang bagaimana lingkungan memandang dirinya. Padahal, pikiran tersebut belum tentu tepat, kok, teman-teman. Biasanya, itu hanyalah ketakutan yang timbul tanpa alasan. Oleh karena itu, penting sekali, nih, untuk mengubah pola pikir diri sendiri terhadap lingkungan sekitar karena apa yang ditakuti hanyalah asumsi semata. Coba, deh, kalian fokus pada orang yang berada di sekitar kalian, bukan kepada pikiran yang justru dapat membuat kalian merasa cemas.

Keempat, psikoterapi. Keempat, psikoterapi. Ketika tingkat kecemasan yang kalian rasakan sudah terlalu tinggi dan butuh penanganan lebih lanjut, kecemasan dapat diringankan dengan menggunakan psikoterapi, salah satunya adalah dengan menggunakan terapi perilaku kognitif; CBT (Cognitive Behavorial Therapy). Terapi ini sendiri dilakukan untuk mengatasi kecemasan sosial dengan cara mengubah pola pikir, melakukan sesuatu yang berbeda, mereduksi self-conciousness, dan membangun kepercayaan diri. Namun, perlu diperhatikan lagi, nih, dalam melakukan terapi ini harus didampingi oleh psikolog atau pihak profesional, ya.

Demikian informasi yang dapat penulis sampaikan. Semoga dapat bermanfaat dan diterapkan jika kalian mengalami hal serupa. Oh, ya, jangan malu atau takut untuk meminta bantuan profesional jika kalian merasa butuh karena kesehatan mental kalian adalah hal yang terpenting. Terakhir, jangan lupa untuk selalu bahagia dan stay safe, ya, teman-teman!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya