is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image RIFDAH KAMILA 2021

Kekerasan Pada Anak Dapat Menimbulkan Hal Buruk Loh!!!

Eduaksi | 2021-12-18 11:29:58

Tahukah kalian seberapa buruk akibat dari kekerasan pada anak? Apa saja sih akibat dari kekerasan pada anak itu sendiri? Apa akan ada akibat yang berkepanjangan? Nah, disini kita akan membahas tentang akibat kekerasan pada anak.

Kekerasan pada anak juga biasa di sebut child abuse. Kekerasan pada anak dari masa ke masa semakin banyak bentuik nya, padahal anak merupakan penerus bangsa di masa yang akan datang. Kekerasan merupakan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan menyakiti fisik ataupun psikis. Orang tua yang semestinya menjaga dan melindungi tetapi justru sebalik nya. Kekerasan terhadap anak bahkan dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.

Anak-anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk pertumbuhan dan perkembangan kemampuannya. Di Indonesia masih banyak anak-anak yang menerima kekerasan. Bahkan kekerasan tersebut dapat terjadi dimana saja seperti di jalan, di sekolah, ataupun dirumah nya sendiri. Kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dapat melibatkan orang-orang terdekat seperti orang tua dan saudaranya. Kekerasan anak di dalam rumah tangga terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adanya tekanan ekonomi yang dialami orang tua sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Anak harus mendapatkan perlindungan dan dipenuhi haknya untuk tumbuh dan berkembang dengan benar.

1. Macam-macam Kekerasan

Terry E Lawson berpendapat bahwa kekerasan terhadap anak dibedakan menjadi empat macam yakni verbal abuse, emotical abuse, sexual abuse dan physical abuse. Sedangkan Suharto membedakan kekerasan terhadap anak menjadi empat, Keempatnya dapat dijelasn sebagai berikut :

a. Kekerasan psikologis

Yakni kekerasan seperti mengeluarkan atau berbicar dengan bahasa yang tidak sopan bisa berupa kata-kat kasar atau kotor, memberikan atau memperlihatkan video, gambar maupun buku yang memiliki unsure ponografi kepada anak. Anak yang menerima tindakan tersebut akan menimbulkan anak menjadi pemalu, takut bertemu dengn orang-orang asing hingga menangis jika didekati dengan orang asing.

b. Kekerasan fisik

Yakni berupa pemukulan, penganiyaan, dan penyiksaan kepada anak-anak memakai benda-benda tertentu. Perilaku ini memiliki dampak seperti adanya luka fisik hingga mengalami kematian pada anak.

c. Kekerasan sosial

Salah satu contohnya penelantaran anak. Pengertian penelantaran adalah perilaku orang tua terhadap anak yang tidak memberi kehidupan maupun perhatian yang layak pada masa perkembangan anak tersebut.

d. Kekerasan seksual

Salah satunya seperti tindakan prakontrak seksual yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak dengan melakukan sentuhan atau memperlihatkan gambar visual.

2. Faktor kekerasan terhadap anak

Faktor kekerasan pada anak terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal

1. Faktor internal

Terjadi akibat kepribadian diri sendiri yang menyebabkan mudah terprovokasi melakukan tindak kekerasan, padahal masalah yang dilalui dia bisa dibilang msalah kecil.

2. Faktor eksternal

Adalah faktor yang datang dari luar atau tidak dari diri pribadi.. Seorang pelaku dapat melakukan kekerasan jika mengalami stress akibat berada dibawah tekanan, misalnya kesulitan ekonomi yang berkepanjangan, perselingkuhan, ditinggalkan pasangan, ataupun keadaan-keadaan lainnya.

3. Dampak kekerasan pada anak secara

a. Secara individu

1) Kerusakan pada fisik atau cacat.

2) Kegagalan dalam bidang pendidikan.

3) Gangguan terhadap psikologi anak.

4) Menjadi pemabuk atau dapat mengkonsumsi obatobatan.

5) Agresif.

6) Kematian.

b. Secara psikologis

1) Agresif. Sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku tindak kekerasan. Umumnya ditunjukkan saat anak merasa ada orang yang bisa melindungi dirinya.

2) Murung atau depresi. Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis, seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai dengan penurunan berat badan. Anak juga bisa menarik diri dari lingkungan yang menjadi sumber trauma. Ia menjadi anak pemurung, pendiam dan terlihat kurang ekspresif.

3) Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak aman dengan lingkungannya. Karena ia kehilangan figur yang bisa melindunginya. Kemungkinan besar, anak menjadi sulit percaya dengan orang lain.

4) Melakukan tindak kekerasan pada orang lain. Semua ini anak dapat karena ia melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamannya kemudian bereaksi sesuai yang ia pelajari.

Referensi: Andhini¹, A. S. D., & Arifin, R. (2019). Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Kekerasan pada Anak di Indonesia.

Mardiyati, I. (2015). Dampak trauma kekerasan dalam rumah tangga terhadap perkembangan psikis anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, I (2), 26-29.

https://images.app.goo.gl/mnTyqC3WXyvccYqj7

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya