is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sahla Layyin Azkia

Toxic dalam Game Online

Gaya Hidup | 2021-12-17 21:15:25
Alex Haney on Unsplash " />
Photo by Alex Haney on Unsplash

Video game merupakan salah satu sarana hiburan yang begitu pesat perkembangannya, baik dari konten dan metode permainan, hingga jumlah permainannya di seluruh dunia. Video game bisa dimainkan dari berbagai konsol seperti Playstation, PC (personal computer), Xbox, bahkan semua orang bisa bermain video game melalui gawai yang mereka miliki. Dengan perkembangan tersebut, tak heran jika permainan video game makin menjamur di berbagai kalangan.

Salah satu perkembangan yang membuat video game makin banyak digemari adalah metode bermain daring atau biasa disebut dengan online games. Satu pemain dari rumahnya bisa bermain dengan teman di tempat lain, bahkan dari negara yang berbeda. Selain itu, terus bertambahnya kompetisi e-sport membuat komunitas game kian terbentuk. Kini, bermain video game dapat mengukir jejak karier seseorang yang tentunya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Setidaknya, game online dapat mempengaruhi status sosialmu di antara teman sepermainan. Tak heran kini banyak yang menganggap video game bukan sekedar pelepas penat setelah sibuk mengerjakan tugas atau setelah seharian bekerja, melainkan sebagai kebanggaan diri dan juga sebagai mata pencaharian.

Game online yang kian kompetitif turut membentuk perilaku sosial di dalam game. Karena setiap pertandingannya bagi sebagian orang dianggap penting, kesalahan dalam permainan kadang begitu tak termaafkan. Terlebih dalam permainan yang bersifat beregu. Ketika kita melakukan kesalahan yang mempengaruhi performa tim, jangan heran jika nantinya dimaki-maki bagaikan telah melakukan dosa besar. Atau ketika berhasil membuat kalah musuh, tak jarang orang yang kalah tersebut mengucapkan berbagai jenis sumpah serapah karena kesal dengan kita atau bahkan, mungkin kita sendiri yang melakukan hal- hal tersebut.

Perilaku di atas kini sering disebut dengan perilaku toxic. Perilaku toxic sering dikaitkan dengan perilaku negatif yang menyusahkan orang lain baik dari segi fisik dan emosional. Tidak hanya didalam dunia nyata, dalam dunia game pun perilaku sering menjadi sebuah masalah. Orang yang toxic dalam bermain game dapat membuat permainan yang seharusnya dimainkan dengan senang dan suka hari menjadi penuh tekanan dan sakit hati. Bagaimana tidak, orang yang toxic dalam game tidak akan segan untuk mengatakan apapun, mulai dari menghina fisik, SARA, bahkan mengatai orang tua. Diperlakukan oleh seseorang yang bahkan tidak kita kenal seperti itu tentu membuat tak enak hati.

Kemudahan dalam mengakses game online saat ini membuat hampir semua orang dari berbagai rentang umur dapat bermain game online, tidak terkecuali anak-anak. Kini, mungkin kita akan jarang melihat anak berlarian saling mengejar, atau bermain kelereng dan layangan di lapangan. Nyatanya akan lebih sering melihat beberapa anak berkumpul di suatu tempat dengan menggenggam ponsel pintar masing-masing. Keadaan komunikasi game online yang semakin toxic tentu sangat berbahaya bagi anak-anak di bawah umur. Sangat mungkin bagi anak untuk menirukan apa yang ia lihat di dalam game ke dunia nyata.

Lalu, bagaimana kita menghindari perilaku toxic dalam game?

Pertama tentu saja kita harus memulai dari diri kita sendiri. Sebisa mungkin kita tidak melakukan perilaku toxic pada saat bermain, baik pada rekan tim maupun lawan. Perbanyaklah mengapresiasi kinerja tim dengan mengirimkan pesan GGWP (Good Game Well Played) atau pesan positif lainnya. Kita juga harus menyadari bahwa di setiap permainan ada menang dan kalah. Kekalahan adalah hal yang sangat wajar dalam permainan. Ada kalanya kita mendapatkan tim dengan performa kurang baik, dan sadar bahwa mungkin kadang kita juga di lain waktu bermain dengan kurang baik.

Kedua, mute orang yang berperilaku toxic. Biasanya dalam game terdapat fitur untuk me-mute pemain tertentu. Gunakan fitur tersebut agar emosi anda tidak terpancing dan malah ikut melakukan perbuatan toxic. Orang yang toxic seringkali lebih senang menjadi-jadi ketika ditanggapi. Abaikan saja, anggap hanya angin kentut yang akan berlalu.

Ketiga, laporkan. Dalam game biasanya ada sistem report. Sistem ini berguna untuk mendeteksi perilaku buruk dalam game seperti AFK (away from keyboard) atau meninggalkan permainan, menggunakan cheat, dan berkata kasar. Orang yang dilaporkan melakukan pelanggaran biasanya akan diperiksa dan jika terbukti maka akan diberikan hukuman oleh sistem seperti tidak bisa melakukan pertandingan untuk beberapa saat. Walaupun tingkat keefektifannya rendah, sedikitpun fitur ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Keempat, banyak yang berlatih agar tidak membuat kesalahan. Salah satunya keadaan yang membuat orang melakukan perilaku toxic adalah ketika mendapatkan rekan yang performanya buruk. Bahkan kita pun akan kesal jika hal terjadi pada kita. Jadi cobalah untuk tidak melakukan kesalahan fatal dan menjadi beban dalam tim.

Video game seharusnya menjadi sarana hiburan yang mengasyikan. Tentunya kita mendambakan pertandingan yang kompetitif namun tetap suportif. Karenanya, mari hentikan perilaku toxic dalam game mulai dari diri kita sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya