is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nia Amanah

Andai Pandemi Pergi : Bagai Merdeka dari Mimpi Buruk Covid-19

Lomba | 2021-09-25 10:23:40

Seperti skenario mimpi buruk, tak bisa ditolak dan tak bisa dihindari. Dia hadir menyapa bagai bencana. Covid-19, mungkin virus ini tak asing lagi dikalangan masyarakat kita, bahkan dunia. Covid-19 adalah wabah yang telah mengubah segalanya. Baik dalam sektor perekonomian, pariwisata, dan berbagai sektor lainnya.

Covid-19 awal kedatangannya tidak diinginkan. Yang dulu tak pernah terbayangkan, kini singgah untuk waktu yang tak tau sampai kapan. Covid-19 digadang-gadang telah menjadi endemik yang mau tak mau kita harus tinggal berdampingan dengannya. Konsisten dan stamina yang kuat menjadi benteng pertarungan melawan covid-19. Dengan wabah ini, kita semua bermain memutar otak, berakrobat hingga mengatur sinergi untuk menghadapi wabah yang kian berkecamuk.

Merdeka artinya bebas atau lepas dari belenggu penjajahan fisik. Seperti menggambarkan jika kita harus lepas dari ancaman virus ini. Bahkan kita harus siap untuk hidup dengan covid-19, seperti membiasakan diri dengan bermodal benteng pelindung diri. Merdeka dari covid-19 dilakukan dengan penuh perjuangan, penuh strategi, kewaspadaan hingga tak tik agar diri tak terpapar virus. Jika dulu para pejuang melawan penjajah untuk memerdekakan negara, kini kita bersama berjuang untuk memerdekakan diri dari virus. Hal sulit memang, berjuang untuk melawan virus yang tak kasat mata, bisa dirasa ketika dihadapkan tetapi tak terlihat wujudnya. Hingga upaya penyembuhan dilakukan ketika terpapar. Memang benar adanya, berbagai himbauan dari pemerintah telah dilakukan, seperti untuk mematuhi protokol kesehatan, dan menjaga sistem imun tubuh agar tetap sehat telah dianjurkan. Himbauan tersebut terlihat sepele memang, tetapi dampaknya begitu vital.

Merdeka dari covid-19, bagai bangunan dari mimpi buruk yang panjang. Mimpi buruk adalah situasi dimana seseorang terbangun dengan memimpikan sesuatu hingga seseorang merasa cemas atau takut, serta tidak merasa nyaman. Seperti halnya kita yang sedang tertidur pulas dalam situasi dan kondisi pandemi yang merebak. Begitu banyak ketakutan, bahkan ketidak nyamanan hadir dalam pikiran kita. Alih-alih harapan untuk merdeka dari wabah kian membara. Semacam berandai-andai dalam situasi yang kian melandai. Hingga bertanya-tanya, seperti pandemi pergi, kita merdeka dari covid-19, seperti dunia kembali seperti semula, sampai akhirnya kita berandai-andai jika wabah tak masuk ke Indonesia. Berbagai pengandaian itu mungkin pernah terpikirkan dalam benak kita bukan. Lantas apa yang akan kita lakukan? kita berdiam diri dengan berjuta pengandaian dibenak kita? Tentukan tidak. Kita harus bersatu memerangi covid-19 ini.

Bayangkan jika kita terbangun dan membuka mata, suara sorak gemuruh dunia menyaksikan kepergian virus ini, hidup normal seperti hingga hingar bingar kehidupan yang aman tanpa ketakutan selalu didambakan. Begitu bahagianya bukan, jika pengandaian kita jadi kenyataan. Jika semua yang kita harapkan bukan hanya mimpi melainkan realita yang terjadi. Ya, mimpi itu harus diwujudkan bukan sekedar dibayangkan dan selalu berandai-andai. Karena pada dasarnya virus itu ada bukan omong kosong belaka. Kita harus selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Jangan lengah sebab virus ini datang tanpa terduga.

Upaya demi upaya telah dilakukan pemerintah melalui himbauan 3M, 5M, PPKM, hingga vaksinasi yang sedang gencar dilakukan pemerintah bersama garda depan untuk memerangi virus. Tidak dapat disangkal bahwa memang bukan hal mudah untuk membasmi virus ini. Tapi harapan dan tujuan pasti ada dalam tindakan yang dilakukan pemerintah. Maka dari itu, butuh keselarasan antara masyarakat, pemerintah, serta garda depan untuk mewujudkan kemerdekaan dari mimpi buruk covid-19. Jatuh bangun dari mimpi buruk pasti ada, hingga sakit dalam perjuangan juga pasti ada. Tetapi sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya. Ayo bangkit dan jangan menyerah di tengah pandemi covid-19.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya