is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Guru MTsN 3 Bantul Terbitkan Gurit 53

Eduaksi | 2021-08-21 21:25:31

Banjir Luh

Meh saben dina

Gilir gumanti lumarap pawarta

Samya ketaman lelara kang nggegirisi

Akeh kang nganti pralaya

Warata ing Nusantara

Banjir luh ing ngendi-endi papan

Kelangan sanak kulawarga

Garising pepesthen kudu ditampa

Gawe Gendra

Meh kabeh perangane donya

Ketaman pageblug kang nggegirisi

Gawe gendra tan bisa suwala

Corona, temen ana nanging tan kasat mata

Ora milih cilik enom lan tuwa

Kabeh kudu njaga sarira

Sumarah Gusti datan lirwa

Tinebehna godha rencana

Bantul DIY- Setelah berhasil menerbitkan beberapa buku melalui Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati, Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul DIY menjadi kecanduan untuk terus berkarya menyalurkan hobinya menulis. Dalam waktu dekat bukunya yang ke-8 yang berjudul Gurit 53 dengan nomor ISBN 978-623-367-099-9 akan segera terbit.

Hal tersebut dikatakan Sutanto, Sabtu (21/8/2021) di kediamannya Celep RT.07 Srigading Sanden Bantul. Buku tersebut merupakan kumpulan 123 geguritan (puisi berbahasa Jawa) sebagi upaya turut melestarikan budaya Jawa khususnya sastra tulis. Judul “Gurit Lima Telu” dipilih untuk pengingat usianya yang telah memasuki usia 53 tahun di tahun 2021 ini.

Tujuh buku yang telah ditulis mulai dari : buku pertama “Anggrek Vanda untuk Bunda” (kumpulan 10 cerita anak), buku kedua “Nada-nada Cinta (kumpulan 52 puisi), buku ketiga “Pahlawan Ketapel” (kumpulan 15 cerita anak), buku keempat “Rangkaian Kata Sarat Makna” berupa kumpulan 333 pantun, buku kelima “Burung Berhati Emas” berupa buku kumpulan fabel, buku keenam “Untaian Kata Penuh Makna” (kumpulan 222 pantun), buku ketujuh “Pak RT Menjadi OTG” (True Story), memacu penulis untuk terus berkarya.

Di buku yang kedelapan ini, dia membuat berkreasi dengan membuat pola yang seragam, bait pertama terdiri 5 baris dan bait kedua 3 baris. Untuk bahasa yang digunakan, penulis memilih jawa ngoko maupun krama dengan harapan bisa diterima kalangan muda maupun tua. Sutanto berupaya menangkap fenomena yang terjadi di masyarakat tentang berbagai hal tidak dibatasi tema tertentu, sehingga isi geguritan cukup bervariasi.

Dalam buku ini ada misi untuk mengingatkan berbagai hal terkini kepada pembaca, termasuk tentang adanya bahaya penyakit masyarakat (Memala, Ngabotohan), menjaga prokes terkait Covid-19 (Banjir Luh, Durung Rampung, Mobal,Gawe Gendra), tema pengingat kematian, menjaga lisan, dll.

Sutanto berupaya menyampaikan nasehat dengan tidak terkesan menggurui, agar buku ini dapat menambah referensi sastra jawa yang jumlahnya tidak sebanyak karya berbahasa Indonesia.

Akhir Lusono (Sastrawan Jawa Yogyakarta)

Sastrawan Jawa dari Yogyakarta Akhir Lusono, S.Sn, M.M mengibaratkan Sutanto adalah Keriwikan dadi Gerojogan. Karena sebagai guru atau pendidik yang sangat semangat dan inspiratif.

“Kreativitasnya yang luar biasa selalu diasah sehingga terasah. Bukan hanya sekadar tajam ibarat pisau akhirnya. Namun tajàm dan mengena. Ibarat kata adalah kata kata pilihan yang mampu membenamkan rasa. Sehingga untaian kata yang dirajutnya menjadi buah pena berupa geguritan atau puisi Jawa yang memikat. Indah dan artistik sehingga estetik yang menguar terasa sampai ke kalbu para pembaca, khususnya saya,” ujarnya.

Penerima penghargaan MURI dan Nomine Penggerak Bahasa dan Sastra Jawa tersebut meyakini apa yang dilakukan Sutanto selama ini bermula dari keriwikan aliran air kecil yang memancar. Walaupun akhirnya aliran kecil itu lambat laun membesar menjadi gerojogan. Idenya berawal dari hal hal kecil yang mungkin oleh sebahagian orang tidak dianggap bahkan mungkin di sepelekan. Namun ditangannya, hal kecil tersebut kemudian di rajut menjadi karya. Memungut tema tema gurit yang ada disekelilingnya. Dia juga mengambil dari kekayaan batiniah ýang ada dalam diri penulis. Tersajilah judul judul gurit yang mempesona.

Menurut Akhir, judul yang memikat dan makna yang terkandung dalam gurit bisa memberikan pengaruh kepada pembaca. Karena karya sastra apapun itu bentuknya dapat dikatakan berhasil ketika mampu memberikan pengaruh. Pembaca akan tersugesti dengan karya yang dibacanya. Kumpulan geguritan tersebut bisa menambah khasanah dunia sastra khususnya sastra Jawa semakin jaya. Karena tidak banyak orang yang bisa menulis karya sastra Jawa yakni geguritan. Hanya orang orang terpilihlah yang bisa melàkoninya.

“Semoga kumpulan geguritan ini semakin menambah daftar panjang perjalanan penulis dan daftar panjang karya karya yan telah ditulisnya. Demikian pula bisa semakin membarakan lecutan ide ide segar dimasa yang akan datang. Sehingga akan nggrojog karya lain yang selalu ditunggu sidang pembaca dan bisa membangkitkan dunia literasi kita,” pungkas Akhir Lusono.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya