is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudha Manggala P Putra

Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi atas Budaya Hindu-Buddha

Wisata | 2021-04-25 03:18:18
Sumber: Republika.co.id

Masjid Menara Kudus juga dikenal sebagai Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus. Ia memiliki keunikan tersendiri. Khususnya pada fisik bangunannya. Desainnya memang sangat berbeda dengan desain masjid pada umumnya. Tempat ibadah ini disebut memiliki arsitektur yang memadukan budaya Islam dan budaya masyarakat Hindu-Buddha.

Salah satunya terlihat pada menaranya yang menjulang. Tingginya 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10x10 meter. Bangunannya tersusun dari batu bata merah. Desainnya menyerupai Nale Kulkul atau bangunan penyimpan kentongan di Bali. Karakteristik ini dianggap simbol yang mencerminkan sikap toleransi antarumat agama yang sudah ada sejak dahulu.

Tidak hanya menara, bangunan-bangunan di sekeliling masjid juga banyak yang mengadopsi konsep arsitektur candi. Di antaranya gapura di depan masjid yang tersusun dari batu bata tanpa semen. Ada juga pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni 'Delapan Jalan Kebenaran' atau Asta Sanghika Marga. Diyakini bahwa masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M.

Menurut sejumlah catatan dan narasi sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan dan digagas Sunan Kudus. Seperti Walisongo lainnya, ia menggunakan pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Sunan Kudus dikenal sebagai seorang ahli agama. Terutama dalam disiplin ilmu tauhid, hadis, dan fikih. Beliau bergelar 'Waliyyul 'Ilmi' (wali yang berpengetahuan luas).

Sunan Kudus selalu melakukan pendekatan bijaksana dalam berdakwah. Ia tetap menghormati nilai-nilai budaya warga setempat. Pada saat itu kebanyakan masih memeluk agama Hindu dan Buddha.

Salah satu sikap toleransi yang diajarkan Sunan Kudus yaitu tidak menyembelih sapi dan memakan dagingnya. Bagi masyarakat Hindu, menyembelih sapi adalah tindakan terlarang, tidak boleh secara agama. Untuk menghormati tradisi agama yang sudah berlaku itu, Sunan Kudus pun melarang pengikutnya menyembelih sapi.

Kini, selain tempat beribadah, Masjid Menara Kudus telah menjadi simbol keberagaman masyarakat Kudus. Ia menjadi salah satu tempat ikonik yang juga menjadi daya tarik pariwisata.

*Sumber: Republika.co.id, Kompas, wikipedia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya