is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Karta Raharja Ucu

Alamak... Wisatawan Rusak Benteng Belanda Berusia 170 Tahun demi Foto Instagramble

Wisata | 2021-04-23 01:47:16
Benteng Martello di Pulau Kelor. Foto: Dokumen Pribadi Karta Raharja Ucu

Benteng Martello di Pulau Kelor. Benteng ini dibangun Belanda tahun 1850 sebagai bagian sistem pertahanan laut Kota Batavia saat itu. Pada periode tahun 1840-1880, kongsi dagang Belanda, VOC, mengembangkan sistem pertahanan Nieuwe Hollandse Waterlinie (semacem sistem pertahanan menjaga batas wilayah laut). Salah satunya dengan membangun benteng ini yang berfungsi sebagai benteng pertahanan sekaligus menara pengintai.

Belanda saat itu emang takut banget diserang Portugis, Inggris, dan negara-negara lain yang juga mencari rempah-rempah (sembari ngejajah). Makanya untuk mengamankan wilayah jajahannya, Belanda rela membangun 1.000 candi untuk Roro Jonggrang, eh salah, membangun benteng di pulau-pulau terluar Kota Batavia.

Selain di Pulau Kelor, Batavia saat itu juga dilindungi tiga Benteng Martello yang tersebar di Pulau Cipir, Pulau Onrust, dan Pulau Sakit atau sekarang dikenal dengan sebutan Pulau Bidadari. Tetapi benteng di Pulau Kelor bisa dibilang yang masih bertahan secara penampilan bangunan. Tiga sisanya remuk dihantam kejamnya penantian.

Meski sudah menjaga dengan membangun benteng yang kokoh, Belanda pernah kena tikung karena diserang terus menerus oleh gombalan armada band, eh armada Inggris ke Mutiara nanti cantik jelita dari Timur --julukan untuk Kota Batavia kala itu. Akhirnya Belanda terpaksa menyerahkan Batavia pas lagi sayang-sayangnya.

Dari kisah itu bisa diambil hikmahnya: Sekuat apa pun kita menjaga toh kalau ditakdirkan kehilangan, dia akan pergi juga.

Seperti prinsip di dunia ini: "tidak ada yang ditakdirkan saling memiliki. Semuanya hanya ditakdirkan saling dititipi".

Lalu bagaimana kondisi benteng sekarang?

Sayang seribu sayang, benteng berusia 171 tahun ini, kondisinya udah gak sekokoh dulu. Vandalisme atau coretan memenuhi beberapa bagian tembok benteng. Batu bata benteng banyak yang rusak karena sejumlah faktor. Berserakan di sana-sini. Selain faktor usia, kerusakan benteng itu juga karena ulah pengunjung yang gak punya adab, gak punya rasa menjaga situs sejarah, gak punya etika dalam berwisata.

Ketika terakhir kali saya ke sana, banyak pengunjung yang naik ke atas "jendela" benteng yang tinggi. Caranya? Ya dipanjat. Bahkan tangga menuju ke bagian atas benteng sudah hancur yang kemungkinan besar karena ulah pengunjung. Padahal pengelola sudah memasang rambu larangan dilarang memanjat benteng. Harusnya larangan di tempat-tempat wisata jangan lembut-lembut.

Misalnya: Dilarang Memanjat, Kalau Melanggar Alat Kelamin Anda Hilang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya