is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ika Nurul Afifatus Saidah

Dorong Keterampilan Siswa Melalui Problem Based Learning

Eduaksi | 2021-04-18 10:22:20

Abstrak

Kurangnya keterampilan siswa dalam berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah disebabkan oleh sebagian besar pembelajaran berlangsung, siswa hanya menghafal konsep yang terdapat di buku dan kemudian mengerjakan latihan soal. Jawaban yang diberikan oleh siswa masih terfokus pada jawaban benar atau salah. Pembelajaran masih menekankan pada hasil bukan proses. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learnig dapat meningkatkan keterampilan siswa pada pemblajaran IPA di sekolah dasar. Penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian literatur menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data yaitu berupa studi literatur, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Berdasarkan kajian literatur dan pembahasan hasil penelitian penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun penerapan pembelajaran Ipa di sekolah dasar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, maka pembelajaran menjadi aktif karena siswa menjadi aktif dalam membangun pengetahuannya secara mandiri sehingga dapat melatih keterampilan yang dimiliki siswa seperti keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan Pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning pada pembelajaran di sekolah dasar, diharapkan pembelajaran IPA sesuai dengan orientasi pada pengembangan keterampilan proses, pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasarkan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar.

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran IPA di sekolah dasar pada dasarnya adalah menanamkan keingintahuan akan alam sekitar pada diri siswa. Pendidikan IPA diterapkan di sekolah dasar berorientasi pada pengembangan keterampilan proses, pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasarkan pada pembelajaran IPA (Carin, dalam Irianto, 2008). Melalui pembelajaran IPA diharapkan memiliki keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah sehingga dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran IPA sangat erat kaitannya dengan keterampilan siswa yang dimiliki.

Menurut Sanoto & Pulungan (2014:11) siswa akan lebih aktif berpartisipasi atau melibatkan diri dalam proses pembelajaran, jika guru harus menerapkan prinsip-prinsip belajar yang dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif. Salah satu prinsip yang dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif adalah prinsip menemukan, di dalam prinsip ini siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga siswa memiliki sejumlah keterampilan atau kreativitas yang dapat membangun sikap ilmiah sains.

Berdasarkan pemaparan tentang konsep, maka sudah seharusnya pembelajaran IPA pada sekolah dasar menggunakan prinsip konstruktivisme. Siswa dianggap sebagai subjek belajar yang aktif menemukan sendiri pengetahuannya, dan sejatinya siswa dalam pembelajaran bukan hanya menghafal suatu konsep akan tetapi lebih pada proses pemecahan masalah yang dibangun oleh dirinya sendiri sehingga dapat berguna pada kehiddupan nyata.

Dari hasil pengamatan dan literatur penelitian pada jurnal ilmiah sebagian besar pembelajaran berlangsung, siswa hanya menghafal konsep yang terdapat di buku dan kemudian mengerjakan latihan soal. Jawaban yang diberikan oleh siswa masih terfokus pada jawaban benar atau salah. Pembelajaran masih menekankan pada hasil bukan proses. Hal ini menyebabkan keterampilan siswa yang dimiliki kurang terlatih.

Permasalahan kedua pada penerapan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagian belum menggunakan model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk memiliki keterampilan seperti berikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Model pembelajara yang digunakan pada perencanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, yaitu :mengamati, mencoba, menganalisis, dan menyimpulkan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan suatu model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Rumosno (22012:74) pembelajaran dengan model PBL adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk melakukan pemecahan masalah di kehidupan nyata, karena setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya.

Fase dalam Problem Baased Learning yaitu memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik, mengorganisasi peserta didik untuk meneliti, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mempresentasikan hasil, menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Alasan peneliti memilih pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah dapat meningkatkan keterampilan intelektual dan membantu peserta didik untuk menjadi pelajar mandiri serta mendorong peserta didik belajar mengorganisasikan sumber daya di lingkungannya (Sugiyanto, 2008:116).

Berdasarkan latar belakag tersebut rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learnig dapat meningkatkan keterampilan siswa pada pemblajaran IPA di sekolah dasar?.

Dari permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learnig dapat meningkatkan keterampilan siswa pada pemblajaran IPA di sekolah dasar.

A. LANDASAN TEORI

1. Pembelajaran IPA

a. Pengertian IPA

Ardana (2009:1) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara arfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Samatowa (2010:3) menyatakan, IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pendapat tersebut sesuai dengan hal yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan pendapat tersebut, IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan kepada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil optimal.

b. Pembelajaran IPA

Maslichah Asyari (2006: 23) mengungkapkan secara rinci tujuan pembelajaran IPA di SD yaitu :

a) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, teknologi dan masyarakat,

b) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

c) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

d) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam,

e) Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Pengertian Model Problem Based Learning

Menurut Arends (2008:41) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menyuguhkan masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan peserta didik. Sedangkan menurut Dutch (dalam Amir, 2013: 21) berpendapat bahwa Problem Based Learning adalah metode intruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.

Definisi lainnya juga dikemukakan oleh Rumosno (22012:74) pembelajaran dengan model PBL adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk melakukan pemecahan masalah di kehidupan nyata, karena setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya.

Berdaasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menyajikan masalah kehidupan nyata untuk melatih dan meningkatkan kreterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berikut ini penjelasan singkat terkait langkah-langkah penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning. Menurut Arends (2012:411), ada lima langkah penerapan Problem Based Learning, yaitu :

1) Orientasi Terhadap Masalah

Pada tahap ini pembelajaan mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mengorganisasi Belajar

Pada tahap ini pembelajaran guru memfasilitasi peserta ddidik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi peran atau tugas untuk menyelesiakan masalah tersebut.

3) Penyelidikan Individual atau Kelompok

Pada tahap ini guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.

4) Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah

Pada tahap ini guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model dan bagan.

5) Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah

Pada tahap ini guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

c. Kelebihan Model Problem Based Learning

Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. Sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang. Model pembelajaran PBL ini mendorong siswa dapat berfikir kreatif, imajinatif, refleksi, tentang model dan teori, mengenalkan gagasan- gagasan pada saat yang tepat, mencoba gagasan baru, mendorong siswa untuk memperoleh kepercayaan diri. Sanjaya (2009:220 221) menyebutkan keunggulan PBL antara lain:

1) Problem Based Learning merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran,

2) Problem Based Learning dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik,

3) Problem Based Learnig dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran,

4) Melalui Problem Based Learning bisa memperlihatkan kepada peserta didik setiap mata pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau buku-buku saja.

5) Problem Based Learning dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik,

6) Problem Based Learning dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

7) Problem Based Learning dapat mengembangkan minat peserta didik untuk belajar secara terus-menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

3. Keterampilan Siswa

Kehidupan nyata di dunia pendidikan pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan ang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal ini disebabkan karena dalam memecahkan masalah memerlukan suatu keteampilan dan kemampuan khusus yang dimiliki masing-masing siswa. Salah satu keterampilan yang sering muncul dalam pembelajaran IPA adalah kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah mengacu pada upaya yang diperlukan siswa dalam menentukan sosial atas masalah yang dihadapi dalam kehidupan yang nyata.

Usman (2010) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang menjadi fokus dalam pemebelajaran matematika. Menurut Polya (Wardhani, dkk, 2010) strategi dalam pemecahan masalah terdiri atas empat langkah, yaitu memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian literatur yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2014:9). Jenis penelitian termasuk dalam penelitian eksploratif yaitu dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan permasalahan yang awalnya peneliti hanya memahami permasalahan yang ada secara umum, baru kemudian peneliti melakukan penelitian. Penelitian eksploratif memiliki masalah yang belum pernah dijejaki, dan berusaha menemukan atau mengungkap permasalahan yang sedang dibutuhkan atau akan diteliti tersebut (Bungin, 2011:50). Metode penelitian menggunakan studi literatur yaitu peneliti menelaah secara tekun akan kepustakaan yang diperlukan dalam penelitian (Nazir, 2014:79) dan juga mengkombinasikan dengan menggunakan wawancara pada informasi yang diperlukan dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah studi literatur, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Sumber data yang digunakan untuk kepentingan anaisis dalam penelitian ini yaitu sumber bahan cetak, makalah, jurnal dan situs internet.

Teknik analisis data ini menggunakan analisis induktif, artinya bahwa proses pembahasannya meliputi pola, tema, dan kategori yang berasal dari sumber data. Dalam penelitian ini analisisi data mengacu pada langkah-langkah yang dipakai Miles dan Huberman (2007:20) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Studi Literatur

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti dapat menuliskan beberapa teori atau literatur berkaitan dengan penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun teori yang berkaitan penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti dapat menuliskan beberapa teori atau literatur berkaitan dengan penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun teori yang berkaitan dengan pengertian model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

Definisi yang dikemukakan oleh Arends (2008:41) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menyuguhkan masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan peserta didik. Sedangkan menurut Dutch (dalam Amir, 2013: 21) berpendapat bahwa Problem Based Learning adalah metode intruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2012) menyatakan bahwa Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorentasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.

Definisi lainnya juga dikemukakan oleh Rumosno (22012:74) pembelajaran dengan model PBL adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk melakukan pemecahan masalah di kehidupan nyata, karena setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa pengertian model pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menyajikan masalah kehidupan nyata untuk melatih dan meningkatkan kreterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah.

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti dapat menuliskan beberapa teori atau literatur berkaitan dengan prinsip affordable loss yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut :

Definisi yang dikemukakan oleh Arends (2012:411), ada lima langkah penerapan Problem Based Learning, yaitu :

a) Orientasi Terhadap Masalah

Pada tahap ini pembelajaan mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.

b) Mengorganisasi Belajar

Pada tahap ini pembelajaran guru memfasilitasi peserta ddidik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi peran atau tugas untuk menyelesiakan masalah tersebut.

c) Penyelidikan Individual atau Kelompok

Pada tahap ini guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.

d) Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah

Pada tahap ini guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model dan bagan.

e) Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah

Pada tahap ini guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

3. Pembelajaran IPA

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti dapat menuliskan beberapa teori atau literatur berkaitan dengan prinsip affordable loss yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun teori berkaitan dengan pengertian pembelajaran IPA sebagai berikut :

Definisi yang dikemukakan oleh Ardana (2009:1) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara arfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Samatowa (2010:3) menyatakan, IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia.

Berdasarkan pendapat tersebut, IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan kepada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil optimal.

b. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa sekolah dasar yang permasalahan yang pertama yaitu penerapan pembelajaran IPA pada siswa sekolah dasar sebagian besar pembelajaran berlangsung, siswa hanya menghafal konsep yang terdapat di buku dan kemudian mengerjakan latihan soal. Jawaban yang diberikan oleh siswa masih terfokus pada jawaban benar atau salah. Pembelajaran masih menekankan pada hasil bukan proses. Hal ini menyebabkan keterampilan siswa yang dimiliki kurang terlatih.

Permasalahan kedua pada penerapan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagian belum menggunakan model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk memiliki keterampilan seperti berikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Model pembelajara yang digunakan pada perencanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, yaitu :mengamati, mencoba, menganalisis, dan menyimpulkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan suatu model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Menurut Arends (2008:41) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menyuguhkan masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan peserta didik. Sedangkan menurut Dutch (dalam Amir, 2013: 21) berpendapat bahwa Problem Based Learning adalah metode intruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.

Definisi lainnya juga dikemukakan oleh Rumosno (22012:74) pembelajaran dengan model PBL adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk melakukan pemecahan masalah di kehidupan nyata, karena setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya.

Berdaasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menyajikan masalah kehidupan nyata untuk melatih dan meningkatkan kreterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah.

Pelaksanaan pemebalajaran IPA di sekolah dasar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning adsalah :

1) Orientasi Terhadap Masalah

2) Mengorganisasi Belajar

3) Penyelidikan Individual atau Kelompok

4) Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah

5) Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti dapat menuliskan beberapa teori atau literatur berkaitan dengan penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun penerapan pembelajaran Ipa di sekolah dasar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, maka pembelajaran menjadi aktif karena siswa menjadi aktif dalam membangun pengetahuannya secara mandiri sehingga dapat melatih keterampilan yang dimiliki siswa seperti keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan Pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning juga memiliki keunggulan, yaitu sebagai berikut :

1. Problem Based Learning merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran,

2. Problem Based Learning dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik,

3. Problem Based Learnig dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran,

4. Melalui Problem Based Learning bisa memperlihatkan kepada peserta didik setiap mata pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau buku-buku saja.

5. Problem Based Learning dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik,

6. Problem Based Learning dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

7. Problem Based Learning dapat mengembangkan minat peserta didik untuk belajar secara terus-menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Penerapan Pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning pada pembelajaran di sekolah dasar, diharapkan pembelajaran IPA sesuai dengan orientasi pada pengembangan keterampilan proses, pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasarkan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar.

B. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan kajian literatur dan pembahasan hasil penelitian ini dapat disimpulkan penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dikemukakan oleh para ahli baik bersumber dari buku maupun jurnal. Adapun penerapan pembelajaran Ipa di sekolah dasar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, maka pembelajaran menjadi aktif karena siswa menjadi aktif dalam membangun pengetahuannya secara mandiri sehingga dapat melatih keterampilan yang dimiliki siswa seperti keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan Pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning pada pembelajaran di sekolah dasar, diharapkan pembelajaran IPA sesuai dengan orientasi pada pengembangan keterampilan proses, pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasarkan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar.

b. Saran

1. Hendaknya guru-gutu di sekolah dasar mulai menggunakan model pembelajaran berbasis masalah seperti model pembelajaran Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

2. Penerapan pembelajaran IPA sebaiknya guru tidak hanya mengutamakan hasil akhir saja tetapi juga proses yang dilalui siswa selama pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Arends, R. I. (2004). Learning to Teach. Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Bayu Wijayama, (2020). Peningkatan Hasil Belajar IPA dan Karakter Rasa Ingin Tahu Melalui Model Problem Based Learning Peserta Didik Kelas VI. Jurnal Kependidikan Dasar. Volume 10, No.2.

Laras oktaviani, dkk., (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Pada Siswa Kelas VI SD No 5 Jineng Dalem.Jurnal Ilmu Pendidikan. Volume: 16, No.1.

Rusmono. 2012. Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Jakarta: Ghaila Indonesia.

Usman Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Sanoto, H., & Pulungan, D. S. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Salatiga: Widya Sari press Salatiga.

Irianto, D. M dan Yuliariatiningsih. (2008). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI.

Rusmono. 2012. Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Jakarta: Ghaila Indonesia.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: PLPG

Prasetyoningsih, Desi Dwi. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA SD. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNESA, Volume 1, No 3.

Amir, M. Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya