is-rol-1_1-00is-pilihan-1_5-00 Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image taufik sentana

Otak Belajar dan Otak Fantasi

Gaya Hidup | 2024-05-03 18:14:30

Otak Belajar dan Otak Fantasi

=====

(Dalil: wa fii anfsikum afalaa tubshiruun)

Secara praktis belum ada penelitian terhadap poin judul ini. Catatan ini hanya serangkaian refleksi dari berbagai sumber tentang bagaimana otak bekerja.

Otak bagai markas dan ia adalah pusat kendali bagi sistem tubuh. Akal dan kesadaran merupakan perangkat halus yang membutuhkan wadah untuk untuk mencapai hasilnya. Idealnya akal akan mencapai kebenaran dan memahami hadirat ilahi (memahami risalah nabi nabi).

Sebagai makhluk yang berakal, fungsi belajar menjadi hal pokok dalam kehidupan manusia. Ini bisa bermakna ganda. Namun belajar yang kita maksud adalah belajar untuk adaptasi dan merealisasikan nilai produktif yang berguna bagi individu dan lingkungannya.

Telah diketahui bahwa banyak yang memengruhi kemampuan belajar. Namun secara normal, otak sebagai perangkat keras yang dirancang oleh Tuhan (Allah swt) agar memudahkan manusia dalam mengenal diri dan menguasai lingkungannya dengan baik.

Kita tahu ada tingkatan belajar eksploratif, manipulatif, analitik dan kreatif. Kehidupan anak kecil, misalnya, alam bawah sadarnya merangsang kemampuan belajar yang paling murni.

Yaitu belajar kontekstual dan menyeluruh (global learning). Dan biasanya didominasi oleh bahasa dan angka lalu disusul stimulan lainnya yang variatif. Semakin banyak variasi stimulan itu maka semakin besar peluang otak belajar itu berkembang.

Secara radikal, seluruh pengalaman masa kecil adalah pengalaman belajar". Pendidikan dan interaksi sosialnya akan memberinya alat" untuk merespon kegagalan dan keberhasilannya. Sampai akhirnya ia akan memahami tentang tanggung jawab yang mesti dia ambil dan resiko dari keputusannya.

Adapun (mungkin) otak fantasi, adalah ruang lain dalam sistem otak yang bekerja hanya untuk kesenangan. Kita bisa membayangkan bagaimana otak yang diisi dengan kesenangan rendah. Kesenangan rendah yaitu kesenangan jangka pendek. Suatu kesenangan yang memberi bekas nilai kecuali kesenangan itu sendiri (hawa nafsu)

Ulasan ini terkait dengan nuansa hiburan/fantasi di gawai yang ramai dan menjamur serta memang melalaikan.perlu penelitian longitudinal untuk memahami dampak ini.

Maksudnya: apakah dampak kesenangan dalam scroling hiburan di platform gawai itu dapat mengganggu fungsi otak dalam memaksimalkan belajar? Misal, daya konsentrasi, kemampuan bahasa, nilai etis, daya tangkap dan kreativitas.

Tentu beberapa konten berbasis how to, dan sesuai umur anak, mungkin tergolong edukatif dan tidak murni hiburan.

Namun, yang menjadi catatan kami, otak fantasi itu semacam otak ilusi, otak yang gembira dengan kepalsuan (seperti trik sulap, kita senang dengan itu), sehingga kita bisa saja bakal kesulitan untuk mengambil sikap seutuhnya secara konkret. Apa lagi bila keputusan itu mesti diambil dengan cepat!

Maka kita perlu memaksimalkan otak belajar bagi diri kita sendiri dan orang orang yang kita cintai. Sebab belajar akan membentuk eksistensi si manusia agar mencapai kesempurnaannya: Bukan dengan fantasi!

#konslutan pendidikan islam

Adaptasi.ts.supernova

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya